Galery

Berikan seluruh cintamu pada seseorang tidaklah jaminan dia akan membalas cintamu. janganlah menginginkan balasan cinta. tunggulah sampai cinta berkembang dihatinya. namun bila tidak. berbahagialah dikarenakan cinta tumbuh dihatimu
Bersifatlah kau seperti bunga yang indah dipandang, Namun sukar untuk dipetik, Meskipun kau akan layu esok pasti kau akan mekar kembali Kembali indah dan harum semerbak menebar kasih sayang dan cinta. Sepi-sepi di hatiku seakan menari-nari di kedinginan malam. Bergetar kala rembulan menjelma dalam malam kuingin kasih yang indah dan kuingin senyuman yang tak pernah sirna. Adakah cinta untuk bintang yang selalu setia temani indahnya rembulan.
Get Widget

Jumat, 10 Mei 2013

Anatomi Tumbuhan



STRUKTUR  UMUM TUMBUHAN


Secara umum dunia tumbuhan dibagi menjadi  :
1. Tumbuhan Berpembuluh atau Tracheophyta (memiliki jaringan pembuluh yang mengangkut air serta nutrisi)
2. Tumbuhan Thallophyta ( tidak memiliki jaringan pembuluh : alga, lumut, dan lumut kerak)

Tumbuhan berpembuluh dibagi menjadi 2 kelompok :
1. Kelompok Paku-Pakuan  termasuk Divisi Psilotophyta, Divisi Microphyllophyta (Lycophyta), Divisi Arthrophyta (Filicophyta, paku biasa)
2. Kelompok Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta)

Tumbuhan Berbiji  (Spermatophyta) dibagi menjadi :
1. Gymnospermae ( tumbuhan berbiji terbuka, tanpa bunga dan buah)
2. Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup, berbunga dan berbuah)

Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae) meliputi tumbuhan yang berupa semak atau pohon yang batangnya keras dan berkayu. Akarnya kebanyakan tersusun dalam sistem akar tunggang dan batangnya bercabang-cabang. Daunnya kebanyakan kaku dan sempit, jarang mempunyai daun pipih dan lebar yang selalu tampak hijau, bunga sesungguhnya belum ada. Alat perkembangbiakan berupa runjung jantan dan runjung betina.
Bakal biji terdapat pada badan mirip mskrosporofil pada paku yang heterospor disebut daun buah seperti pada Pakis Haji (Cycas rumphii).
Bermacam-macam tumbuhan bijki terbuka merupakan penghasil bahan-bahan yang penting untuk industry kertas dan korek api (Pinus merkusii dan Agathis alba). Selain itu sebagai tanaman hias (Araucaria, Thuja, Cupressus)

Tumbuhan Berbiji Tertutup (Angiospermae)
Golongan tumbuhan ini sudah mempunyai bunga yang sesungguhnya, daun pipih, lebar dan susunan tulang yang beranekaragam, bakal biji atau biji tidak tampak karena terbungkus dalam suatu badan yang berasal dari daun buah yaitu putik. Alat perkembangbiakan berupa bunga.  
Tumbuhan Berbiji Tertutup meliputi tumbuhan kecil yang merayap di tanah, semak dan perdu hingga pohon-pohon yang besar menjulang di atas tanah.

Tumbuhan Berbiji Tertutup ada 2 kelas yaitu :
1. Tumbuhan Dikotil (Dicotyledonae)
2. Tumbuhan Monokotil ( Monocotyledonae)




Perbedaan Dikotil dan Monokotil

                                    Dikotil                                                                         Monokotil

1. Akar                        Tersusun dalam sistem akar tunggang                        Tersusun dalam sistem akar serabut

2. Batang                     Mempunyai cambium sehingga dapat                         Tidak mempunyai kambium
                                   Tumbuh membesar

3. Daun                        Saat berkecambah membelah 2                                Saat kecambah tetap utuh
                                    Memperlihatkan 2 daun lembaga         
                                    tidak membelah

4. Ujung akar               Tidak mempunyai sarung pelindung                            Mempunyai sarung pelindung
   Lembaga                                                                                                   yaitu koleonza

5. Ujung Pucuk             Tidak mempunyai sarung pelindung                           Mempunyai sarung pelindung
    Lembaga                                                                                                   yaitu koleoptil


6. Contoh                      Ubi, jarak, kacang, cabe, tomat, jambu                    Jahe, jagung, kelapa, padi, anggrek


  Perkembangan embrio hingga Dewasa

          Biji, dalam keadaan embrio diselubungi oleh kulit biji dan dibekali sumber makanan cadangan. Embrio terdiri dari sumbu halus dengan titik tumbuh pada apeks batang dan apeks akar. Makanan cadangan embrio disimpan dalam keping biji atau jaringan khusus yaitu endosperm. Jika biji berkecambah, akar kecambah menembus ke dalam tanah, pucuk beserta batang tumbuh diatas permukaan tanah. Bagian batang dibawah keping biji disebut hipokotil. Pertumbuhan batang dan akar terjadi pada titik tumbuh yang menghasilkan jaringan meristem. Sel-sel yang dibentuk disini berdiferensiasi menjadi bermacam jaringan. Meristem tersebut membentuk bakal daun, dan diujung sumbu batang bakal daun bersama meristem apeks membentuk tunas terminal.

Diketiak daun dibentuk tunas ketiak.

Pada akar primer dibentuk akar lateral namun stadium embrio itu tidak sama sekali ditinggalkan setelah embrio berkembang menjadi tanaman dewasa.

Tumbuhan memiliki pertumbuhan terbuka karena adanya daerah jaringan yang tetap bersifat embrio yakni meristem.


Pada meristem terjadi penambahan sel baru, sementara sel lama berdiferensiasi menjadi bagian baru pada akar maupun batang. Pertumbuhan ini disebut Pertumbuhan Primer, dan tubuh tumbuhan yang dihasilkan disebut tubuh primer.


Banyak tumbuhan menebalkan akar  dan batangnya dengan menambah jaringan pembuluh didalam tubuhnya.  Penebalan itu dihasilkan oleh cambium pembuluh disebut pertumbuhan sekunder. Dengan demikian dikenal xylem primer, xylem sekunder, floem primer, floem sekunder.

Sementara cambium pembuluh mengakibatkan bertambahnya lebar batang dan akar dengan menambah jumlah xylem sekunder, pada bagian sumbu muda (dekat ujung) aktivitas meristem apeks juga terus berlangsung.

Setelah tumbuhan mencapai ukuran dewasa, terbentuk bunga. Setelah polinasi, yakni berpindahnya serbuk sari ke putik, terjadi pembuahan.


Buah dibentuk dan menghasilkan biji sehingga daur hiduo tumbuhan slesai.

Ada tumbuhan yang segera mati setelah membentuk biji disebut tumbuhan setahun atau annual.

Ada pula yang tetap tumbuh bertahun-tahun, disebut tanaman menahun atau parenial seperti perdu dan pohon.


Jadi alat pembentuk tumbuhan adalah batang, akar, daun, bunga dan buah beserta bijinya. Setiap alat dibangun oleh sel yang tersusun oleh berbagai jaringan.


MACAM JARINGAN PADA TUMBUHAN

Sel adalah satuan terkecil dalam tumbuhan, yang berisi substansi hidup yaitu protoplasma dan diselubungi dinding sel.

Dalam setiap sel hidup berlangsung  proses metabolism. Dinding sel melekat pada yang lain dengan adanya perekat antarsel.

Pengelompokkan sel seperti itu, yang berbeda struktur atau fungsinya atau keduanya dari kelompok sel lain disebut Jaringan.


Jaringan terdiri dari sel-sel yang sama bentuk serta fungsinya disebut jaringan sederhana.

Jaringan yang terdiri atas lebih dari satu macam sel namun asalnya sama disebut jaringan kompleks atau majemuk.


Sachs membagi jaringan dalam 3 sistem berdasarkan kesinambungan topografi yakni :

1. Sistem dermal meliputi epidermis, yakni pelindung primer (pertama) bagi bagian luar tubuh  dan periderm, yang menggantikan epidermis pada tumbuhan yang mengalami pertumbuhan sekunder.


2. Sistem jaringan pembuluh terdiri dari xylem yakni yang mengangkut air dan garam tanah, dan floem yang mengangkut hasil fotosintesis.


3. Sistem Jaringan Dasar mencakup jaringan yang membentuk dasar bagi tumbuhan, namun juga dapat menunjukkan spesialisasi.  Jaringan dasar utama adlah parenkim dengan semua ragamnya, kolenkim yakni jaringan yang berdinding tebal dan sel tetap hidup, sklerenkim yakni jaringan berdinding tebal dan sering kali berkayu sehingga keras dengan sel yang biasanya mati.


KELOMPOK SEL DAN JARINGAN

EPIDERMIS

Sel epidermis membentuk lapisan penutup dipermukaan tubuh tumbuhan pada stadium primer. Selnya beragam bentuknya, seringkali berbentuk lempengan. Terdapat sel penutup stomata, berbagai rambut, sel sekresi dan sel sklerenkim.

Sifat khas adalah lapisan kutikula di dinding luar dan kutinisasi yang terjadi pada sebagian atau seluruh dinding lainnya.


Fungsi epidermis adalah pelindung mekanis dan berperan dalam membatasi transpirasi dan pertukaran udara. Pada tumbuhan yang mengalami pertumbuhan sekunder, epidermis biasanya diganti oleh periderm.


PERIDERM

Periderm terdiri dari jaringan gabus atau felem, cambium gabus atau felogen dan feloderm yakni sel hidup yang dibentuk oleh felogen kea rah dalam.

Felogen terletak didekat permukaan organ yang mengalami pertumbuhan sekunder.

Felogen dibentuk secara sekunder, yakni dalam jaringan yang telah dewasa dibawah epidermis atau dapat pula dalam epidermis itu sendiri.

Felogen membentuk felem kearah luar, sedangkan feloderm kearah dalam.

Felem terdiri dari sel berbentuk lempeng, tersusun rapat dan dindingnya mengandung suberin.


PARENKIM

Sel parenkim membentuk jaringan sinambung dalam korteks akar, batang dan mesofil daun.

Parenkim terdapat sebagai jari-jari empulur.

Pada korteks, empulur dan daun, parenkim dibentuk secara primer.

Pada jaringan pembuluh, parenkim dapat bersifat primer atau sekunder yakni berasal dari cambium pembuluh.


Sel parenkim adalah sel hidup yang mampu tumbuh dan membelah, bentuknya beragam, seringkali bersegi banyak, bisa juga berupa bintang. Dindingnya primer, dapat pula sekunder.

Fungsinya dalam fotosintesis, penyimpanan bahan dan penyembuhan luka.

Parenkim juga menghasilkan struktur tambahan atau dapat pula membentuk jaringan sekresi.


KOLENKIM

Sel kolenkim tersusun sebagai berkas atau silinder dekat permukaan korteks pada batang dan tangkai daun serta sepanjang tulang daun besar pada helai daun.  Kolenkim jarang ditemukan pada akar. Kolenkim adalah jaringan hidup, erat hubungannya dnegan parenkim, dan terspesialisasi sebagai penyokong dalam organ yang muda. Bentuk sel berkisar antara bentuk prisma hingga bentuk memanjang.


SKLERENKIM

Sel sklerenkim membentuk kumpulan sel yang bersinambungan atau berupa berkas yang ramping. Sklerenkim terdapat tersendiri diantara sel-sel lain. Sklerenkim dapat berkembang dalam tubuh tumbuhan primer atau sekunder. Fungsinya adalah sebagi penyokong bagian tumbuhan yang telah dewasa. Dindingnya tebal, skeunder dan sering berlignin (lignin adalah kayu) dan pada saat dewasa protoplasnya bisa hilang.


XILEM

Xilem  adalah jaringan kompleks. Xilem berasosiasi dengan floem dan membentuk jaringan yang bersinambungan diseluruh tubuh tumbuhan.

Xilem terdiri dari beberapa jenis sel dan berfungsi dalam pengangkutan air, penyimpanan makanan serta penyokong. Xilem dapat berasal dari pertumbuhan primer atau sekunder.


Sel pengangkut air berupa trakeid dan trakea.

Trakea terdiri dari deretan sel memanjang, ujung sel yang satu berlekatan dengan pangkal sel berikutnya, deretan nya menghasilkan tabung panjang.

Serat dan sklereid dan xylem berfungsi sebagi penyokong mekanis.


FLOEM

 Floem adalah jaringan kompleks yang tersusun atas beberapa jenis sel. Floem berasal dari pertumbuhan primer atau sekunder. Fungsinya mengangkut hasil fotosintesis, menyimpan makanan cadangan, dan sebagi pendukung.


Sel utama dalam pengangkutan adalah sel tapis dan komponen pembuluh tapis.  Komponen pembuluh tapis berlekatan ujung dan pangkalnya sehingga membentuk pembuluh tapis dan berasosiasi dengan sel pengantar.  Sel parenkim floem terdapat dalam berkas tegak atau dalam jari-jari empulur. Sel pendukungnya adalah serat dan sklereida.


Struktur  Sel Sekresi


Sel sekresi tidak merupakan bagian jaringan tertentu, melainkan berada dalam jaringan lain, baik primer maupun sekunder, sebagai sel terpisah atau dalam eklompok.

Struktur sel sekresi terdapat dipermukaan tumbuhan sebagai rambut dan nektarium, namun dapat pula berada didaalm tubuh sebagai rongga atau saluan sekresi.



Struktur Secara Umum


Jaringan pembuluh adalah jaringan yang mengangkut air dan makanan dalam tubuh dan merupakan jaringan yang sinambungan diseluruh tubuh.  Jaringan ini menghubungkan tempat pengambilan air dan tempat sintesis makanan dengan daerah yang sedang mengalami pertumbuhan, perkembangan dan penyimpanan.


Pada dikotil misalnya jaringan pembuluh dalam batang membentuk silinder yang berongga, dengan jaringan dasar yang dikelilingi oleh silinder (yakni empulur) dan ada yang berlokasi di anatara jaringan pembuluh dan jaringan dermal (korteks).


Pada daun, jaringan pembuluh membentuk sistem yang beranastomosis dan tertanam dalam jaringan dasar. Pad akar, silinder pembuluh mungkin tidak mengelilingi empulur namun korteks ditemukan.


Sel dan jaringan tumbuhan dihasilkan oleh zigot (sel telur yang dibuahi) melalui stadium perkembangan yang terjadi dalam embrio. Stadium embrio tidak hilang ketika tumbuhan brkembang menjadi dewasa.


Tumbuhan memiliki pertumbuhan terbuka yakni meristem. Didaerah ini pembelahan sel berlangsung terus sementara sel lain berkembang menjadi dewasa.

Meristem (aktif membelah) pada ujung batang dan ujung akar yakni meristem apeks, menghasilkan sel yang serivatnya akan berdiferensiasi menjadi bagian akar atau batang. Pertumbuhan ini dinamakan pertumbuhan primer  dan tubuh yang dihasilkan tubuh primer.


Banyak tumbuhan mengalami penambahan tebal pada akar dan batangnya dengan menambah jaringan pembuluh tambahan yang dibubuhkan kepada tubuh primer. Pertmbuhan menebal ini dihasilkan oleh cambium pembuluh disebut pertumbuhan sekunder. Biasanya pertumbuhan sekunder melibatkan pembentukan periderm dengan adanya cambium gabus atau felogen.




PERKEMBANGAN EMBRIO HINGGA TUMBUHAN DEWASA


Pembelahan sel mengubaha zigot bersel satu menjadi tumbuhan bersel banyak diiringi oleh orientasi khusus sejak stadium perkembangan embrio.


Bagian sumbu dibawah keeping biji (kotiledon) disebut hipokotil. Pada sumbu dikenal kutub akar dan kutub pucuk. Dibagian bawah hipokotil terdapat bakal akar (radikula) dan pada ujung atas (kutub pucuk batang) terdapat epikotil yang termasuk bakal pucuk disebut plumula. Baik radikula maupun plumula memiliki meristem apeks diujungnya.


Pembelahan sel dalam embrio diiringi dengan pertumbuhan serta vakuolasi (dibentuknya vakuola membesar) dari sel-sel yang terjadi, ,memulai organisasi dari sistem jaringan.


Setelah zigot berkembang menjadi embrio dalam biji  yang sedang berkecambah meristem apeks akan membentuk daun, buku serta ruas dalam urutan teratur.

Diketiak daun terdapat meristem kuncup yang tumbuh menjadi cabang yang bisa bercabang-cabang lagi.

Meristem apeks diujung akar menghasilkan akar primer yang dapat bercabang-cababng menghasilkan sistem akar tunggang.


Pada monokotil, akar primer biasanya tidak tumbuh terus namun yang dibentuk adalah akar tambahan yang tumbuh dari pangkal batang. Sistem akar ini disebut akar serabut. Pertumbuhan tersebut mencakup stadium vegetative dalam kehidupan tumbuhan.



Kamis, 09 Mei 2013

Perkakas pendukung


PENDAHULUAN


Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, peneliti dan sebagainya, melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia, peralatan gelas dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi orang disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja.
Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium. Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar belakang pentingnya bekerja dengan aman di laboratorium. Sumber bahaya terbesar berasal dari bahan-bahan kimia, oleh sebab itu diperlukan pemahaman mengenai jenis bahan kimia agar yang bekerja dengan bahan-bahan tersebut dapat lebih berhati-hati dan yang lebih penting lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan kimia sisa percobaan harus dibuang dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan polusi pada lingkungan. Cara menggunakan peralatan umum dan berbagai petunjuk praktis juga dibahas secara singkat untuk mengurangi kecelakaan yang mungkin terjadi ketika bekerja di Laboratorium. Dengan pengetahuan singkat tersebut diharapkan setiap individu khususnya para asisten dapat bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan kerja mahasiswa di laboratorium dengan sebaik-baiknya.



Dalam pekerjaan sehari-hari petugas laboratorium selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik, peralatan listrik maupun gelas yang digunakan secara rutin. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam laboratorium dapat digolongkan dalam :
1.     Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat / bahan yang mudah terbakar atau meledak.
2.     Bahan beracun, korosif dan kaustik
3.     Bahaya radiasi
4.     Luka bakar
5.     Syok akibat aliran listrik
6.     Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
7.     Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja.

1.1      Latar Belakang

Beberapa peristiwa yang pernah terjadi di laboratorium dapat merupakan cermin bagi setiap orang untuk meningkatkan kewaspadaannya ketika bekerja di laboratorium. Peristiwa-peristiwa tersebut kadang-kadang terlalu pahit untuk dikenang, namun meninggalkan kesan pendidikan yang baik, agar tidak melakukan kesalahan dua kali pada peristiwa yang sama. Peristiwa terbesar dalam sejarah Departemen Kimia adalah kejadian 27 tahun yang lalu, ketika itu Gedung Departemen terbakar pada malam menjelang pagi hari, itu terjadi karena ada bahan kimia yang meledak di gedung tersebut. Walaupun tidak terdapat korban manusia, namun kerugian materi sangat banyak dan mahasiswa agak ”terhambat” melakukan proses pendidikan karena diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat memenuhi keperluan fasilitas yang terbakar. Peristiwa lainnya tidak sehebat yang terjadi di atas, namun perlu perhatian khusus agar dikemudian hari jangan sampai terjadi lagi. Peristiwa itu menimpa salah seorang mantan mahasiswa kimia yang bekerja dengan brom, bahan ini mengalir dari peralatan yang kurang rapat, menyentuh kulit lengannya, akibatnya terjadi luka bakar dan bekasnya tidak hilang sampai sekarang. Ada pula yang terkena bahan kimia TCA ketika mengambil zat tersebut dari botol kemasannya, karena kurang hati-hati ada bahan yang terkena kulit tangan mahasiswa dan ini menimbulkan iritasi yang hebat, gejalanya kulit terasa gatal dan karena digaruk dapat melepuh. Kejadian berikutnya adalah ketika mahasiswa tahun pertama bekerja menggunakan pembakar dengan bahan bakar spiritus, pembakar tersebut tersenggol sehingga spiritus tersebut tumpah ke meja praktikum dan menyebabkan kebakaran serta merusak meja praktikum. Kebakaran juga pernah terjadi karena terlepasnya selang penyambung pembakar bunsen dari saluran gas bakar, ini disebabkan oleh mahasiswa yang menarik pembakar itu ke berbagai tempat. Ada pula kecerobohan kerja yang menyebabkan asam sulfat pekat tumpah di atas meja praktikum. Asam tersebut dapat menghanguskan kayu sehingga meja praktikum berubah menjadi hitam dan rapuh. Kelalaian lainnya disebabkan oleh kurang disiplin, seperti lupa menutup kran air, sehingga terjadi banjir sampai ke laboratorium lainnya. Semua peristiwa tersebut tidak akan terjadi bila setiap individu sadar dan mengerti bahwa laboratorium itu milik bersama yang harus dijaga dengan meningkatkan disiplin.

BAB II
PEMBAHASAN
*Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium IPA dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium IPA secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan.

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan bahan di laboratorium :
  1. Aman
    Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang.
  2. Mudah dicari
    Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci).
  3. Mudah diambil
    Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.


Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan, golongan percobaan dan bahan pembuat alat :
  1. Pengelompokan alat – alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti : Gaya dan Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet, Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi.
  2. Pengelompokan alat – alat biologi menurut golongan percobaannya, seperti : Anatomi, Fisiologi, Ekologi dan Morfologi.
  3. Pengelompokan alat – alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti : logam, kaca, porselen, plastik dan karet.
Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam kelompok bahan yang banyak digunakan.

*Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal – hal di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
  1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasang lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah tumbuhnya jamur.
  2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang.
  3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan dan beaker glass.
  4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak melebihi tinggi bahu.
  5. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad.
  6. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat kimia yang mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi yang baik.


Cara menyimpan bahan laboratorium IPA
Cara menyimpan bahan laboratorium IPA dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti :
  1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
  2. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
  3. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol berwarna bening.
  4. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
  5. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.
  6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.
*Penyimpanan  Bahan Kimia Berbahaya
Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan aman.  Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.
Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya.  Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.
Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas
2.      Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap air.  Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia.  Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap.  Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label.  Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik.  Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut.
*3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus.  Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak.  Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik
*4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin.  Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan.  Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan.  Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api.  Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara.  Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar.  Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api.  Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.

BAB III
PENUTUP

1.1      Kesimpulan dan Saran
Secara umum beberapa peristiwa yang pernah terjadi di laboratorium dapat merupakan cermin bagi setiap orang untuk meningkatkan kewaspadaannya ketika bekerja di laboratorium. Peristiwa-peristiwa tersebut kadang-kadang terlalu pahit untuk dikenang, namun meninggalkan kesan pendidikan yang baik, agar tidak melakukan kesalahan dua kali pada peristiwa yang sama. Oleh karena itu, untuk mengurangi bahaya yang terjadi, setiap pengguna laboratorium (mahasiswa, dosen, peneliti dan sebagainya) harus melakukan pekerjaannya menurut praktek laboratorium yang benar.