JAWABAN SOAL UJIAN MID SEMESTER
GENAP MATA KULIAH EKOLOGI TUMBUHAN

Dosen
pemangku: Prima Wahyu
Titisari, M.Si
Diajukan Oleh: MARIANA
NPM 116511718
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
Pertanyaan:
1.
Buatlh defenisi lengkap tentang (a)
populasi, (b) komunitas, (c)ekosistem. Lengkapi dengan penciri khas
masing-masing ke 3 terminologi kunci ersebut!
2.
Jelaskan dengan menggunakan gambar
atau diagram beerta penjelasan yang komprehensip tentang aspek klimatologis
ekosistem yang akan anda kunjungi kelapangan pada wajtu pratikum nanti! (
Ekosistem hutan dataran rendah)
3.
Jelaskan dengan menggunakan gambar
atau diagram beerta penjelasan yang komprehensip tentang aspek edaphis
ekosistem yang akan anda kunjungi kelapangan pada waktu pratikum nanti !(
Ekosistem hutan dataran rendah)
Jawab:
1) Populasi, komunitas dan ekosistem.
A. POPULASI
Setiap populasi makhluk hidup mengalami
proses yang sama. Antara lain dia
mengemukakan tingkat fertilitas suatu organisme mungkin sangat tinggi,
tetapi bahaya yang mengancam populasinya juga besar.
Tarumingkeng (1994), Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok individu dalam satu spesies (atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang bersangkutan), dan pada waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu. Smith (1990) mendefinisikan populasi sebagai kelompok organisme spesies yang sama yang mengalami interbreeding . Krebs (2001) populasi adalah sekelompok organisme sejenis yang menempati ruang tertentu pada waktu tertentu.
Tarumingkeng (1994), Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok individu dalam satu spesies (atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang bersangkutan), dan pada waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu. Smith (1990) mendefinisikan populasi sebagai kelompok organisme spesies yang sama yang mengalami interbreeding . Krebs (2001) populasi adalah sekelompok organisme sejenis yang menempati ruang tertentu pada waktu tertentu.
Setiap
populasi mengalami tiga fase sepanjang siklus hidupnya yaitu:
1) Tumbuh
2) Stabil
3) Menurun
Populasi memiliki karakterisitik kelompok – statistical measure – yang tidak dapat diterapkan pada individu. Karakteristik dasar populasi yang banyak didiskusikan adalah kepadatan (density).
1) Tumbuh
2) Stabil
3) Menurun
Populasi memiliki karakterisitik kelompok – statistical measure – yang tidak dapat diterapkan pada individu. Karakteristik dasar populasi yang banyak didiskusikan adalah kepadatan (density).
Karakteristik populasi
*Kepadatan
Kepadatan populasi ialah besarnya populasi dalam hubungannya dengan suatu unit atau satuan ruangan
Kepadatan populasi ialah besarnya populasi dalam hubungannya dengan suatu unit atau satuan ruangan
Faktor yang
mempengaruhi kepadatan:
1.
Natalitas,
natalitas yaitu
produksi individu-individu baru di dalam populasi melalui kelahiran, haching,
germinasi atau pembelahan
2.
Mortalitas,
Mortalitas adalah
jumlah individu dalam populasi yang mati selama periode waktu tertentu.
Sebgaian besar organisme yang hidup di alam jarang pada kondisi optimum,
sebagian besar hewan atau tumbuhan mati karena penyakit, predator, atau ancaman
alamiah lain. Laju kematian populasi adalah jumlah individu dari suatu populasi
yang mati dalam periode waktu tertentu (jumlah yang mati per satuan waktu).
Laju kematian populasi nilainya negatif, karena merupakan kebalikan dari angka
kelahiran. Nisbah antara angka kelahiran dan kematian disebut vital indeks yang
dirumuskan dalam bentuk persentase (%)
3.
Imigrasi
Suatu pergerakan
individu populasi ke dalam suatu daerah populasi dan individu tersebut
meninggalkan daerah populasinya selanjutnya tinggal di tempat baru
4.
Emigrasi.
pergerakan individu ke
luar dari tempat atau daerah populasinya ke tempat lainnya dan individu
tersebut tinggal secara permanen di tempat beru tersebut.
.
Jika laju kelahiran meningkat, maka
laju kematian juga meningkat. Saat kepadatan populasi meningkat, kompetisi
diantara anggota populasi dan kelangkaan sumberdaya menyebabkan laju kematian
meningkat, laju kelahiran menurun atau keduanya Jika kepadatan populasi turun
pada level terendah dan kemelimpahan sumberdaya kembali meningkat maka kepadatan
populasi kembali meningkat dengan penurunan laju kematian dan peningkatan laju
kelahiran atau kombinaskeduanya.

Gambar: populasi hutan
magrove
A. KOMUNITAS
Komunitas ialah
kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu
yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki
derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
populasi.
Macam-macam Komunitas:
(1) Komunitas akuatik, komunitas ini
misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di kolam,
(2) Komunitas terrestrial, yaitu
kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang rumput, di
padang pasir,
Karakter komunitas
1)
Kualitatif,
Kualitatif
seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2)
Kuantitatif,
Kuantitatif,
seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan
nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat.
Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit .
3)
Sintesis
Sintesis
adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah
yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan.
Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas
atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami
homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis
pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan
lingkungannya.

Suksesi dapat
dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Suksesi primer
yaitu bila ekosistem mengalami gangguan
yang berat sekali, sehingga komunitas awal (yang ada) menjadi hilang atau rusak
total, menyebabkan ditempat tersebut tidak ada lagi yang tertinggal dan
akhirnya terjadilah habitat baru.
2.
Suksesi sekunder
yaitu
prosesnya sama dengan yang terjadi pada suksesi primer, perbedaannya adalah
pada keadaan kerusakan ekosistem atau kondisi awal pada habitatnya. Ekologi
tersebut mengalami gangguan, akan tetapi tidak total, masih ada komunitas yang
tersisa.
1.
Interaksi antar organisme
a.
Netral
Netral
adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama
yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak,
disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
b.
Predasi
Preadasi
adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat
sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga
berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya,
yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
c.
Parasitisme
Merupakan hubungan antarorganisme yang berbeda spesies,
bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari
hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. Contoh : Plasmodium
dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon
inang.
d.
Komensalisme
merupakan
hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan
bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan
spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang
ditumpanginya.
e.
Mutualisme
Muatualisme
adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling
menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada
bintil akar kacang-kacangan.
2.
Interaksi
Antarpopulasi
a.
Alelopati
merupakan
interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat
menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut
(juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat
yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai
anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
b.
Kompetisi
merupakan
interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama
sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh,
persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
3.
Interaksi
Antar Komunitas
Interaksi
antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga
aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya
pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut
dan darat.
4.
Interaksi
Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu.
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu.
B.
EKOSISTEM
Ekosistem merupakan satuan
fungsional dasar yang menyangkut proses interaksi organisme hidup dengan
lingkungan mereka. Istilah tersebut pada mulanya diperkenalkan oleh A.G.Tansley
pada tahun 1935. Setiap ekosistem memiliki enam komponen yaitu produsen,
makrokonsumen, mikrokonsumen, bahan anorganik, bahan organik, dan kisaran iklim.
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut:
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut:
a.
Komponen autotrof (Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan
makan).
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b.
Komponen heterotrof (Heteros = berbeda, trophikos = makanan).
Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Contoh: manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Contoh: manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c.
Bahan tak hidup
(abiotik) Bahan tak hidup yaitu komponen
fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak
hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau
lingkungan tempat hidup.
d.
Pengurai
(dekomposer).Pengurai adalah organisme
heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati
(bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian
tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali
oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
* Macam-macam Ekosistem
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem
darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air
tawar dan ekosistem air Laut.
1.
Ekosistem darat
Ekosistem
darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan
letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi
beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.
a.
Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat
di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang
rumput. Ciri-ciri bioma gurun
è
gersang
è
curah hujan rendah
(25 cm/tahun).
è
Suhu slang hari
tinggi (bisa mendapai 45°C)
è
malam hari suhu
sangat rendah (bisa mencapai 0°C).
è
di gurun dijumpai
tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus
è
Hewan yang hidup di
gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
b.
Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah
tropik kesubtropik. Ciri-ciri bioma padang rumput.
è
curah hujan kurang
lebih 25-30 cm per tahun
è
hujan turun tidak teratur.
è
Porositas (peresapan
air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat.
è
Tumbuhan yang adalah
tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan.
è
Hewannya antara
lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru,
serangga, tikus dan ular
c.
Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di
daerah tropika dan subtropik.Ciri- ciri hutan basah:
è
curah hujan 200-225
cm per tahun.
è
Species pepohonan
relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung
letak geografisnya.
è
Tinggi pohon utama
antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk
tudung (kanopi).
è
Variasi suhu dan
kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C.
è
Dalam hutan basah
tropika tumbuhan khasnya, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai
epifit.
è
Hewannya antara
lain, kera, burung, badak, babi hutan,harimau, dan burunghantu.
d.
Bioma hutan
gugur
Bioma
hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang. Ciri-ciri bioma hutan gugur
è
curah hujan merata
sepanjang tahun.
è
Terdapat di daerah
yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur).
è
Jenis pohon sedikit
(10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat.
è
Hewannya antara lain
rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa
luwak).
e.
Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya:
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya:
è
suhu di musim dingin
rendah.
è
spesies yang tumbuh
seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit
sekali.
è
Hewannya antara lain
moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada
musim gugur.
f.
Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan
bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak
gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan
yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang
pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan
yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang
datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki
rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan
insekta terutama nyamuk dan lalat hitam. 

2.
Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar digolongkan
menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau
dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai. Ciri-ciri
ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak
adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum
hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya
telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
1.
Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan
dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke
dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi,
seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan
dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan
tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
2.
Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan
hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat
tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi
perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan
air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan
pencernaan. Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat
darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan
kebiasaan hidup.
a.
Berdasarkan aliran
energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof
(makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme
yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.
b.
Berdasarkan
kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
1.
Planktonà fitoplankton dan
zooplankton
2.
Nektonà ikan.
3.
Neustonàserangga air.
4.
Perifitonà keong.
5.
Bentosà cacing dan remis..
2)
Klimatologis Ekosistem
Hutan Dataran Rendah
A.
Pengertian
Klimatologi adalah ilmu
yang mempelajari atau menyelidiki tentang iklim. Yang dimaksud dengan iklim
adalah keadaan cuaca pada suatu daerah tertentu pada jangka waktu yang panjang.
Sedangkan cuaca adalah keadaan atmosfer pada suatu waktu (Wikipedia, 2013).
Menurut Elfis (2010)
unsur-unsur klimatologis terdiri dari :
• Tanah
• Curah
Hujan
• Angin
• Cahaya
matahari
• Temperatur
• Lengas
udara
Iklim merupakan salah
satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena iklim mempunyai
peranan yang besar terhadap berbagai bidang kehidupan manusia sehari-hari.
Menurut ahli silvika, pengertian hutan adalah suatu
assosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon
atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan ahli ekologi
mengartikan hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh
pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar
hutan. Pengertian hutan bagi
seorang ahli kehutanan adalah bahwa hutan merupakan komunitas biologi yang
didominasi oleh pohon-pohonan tanaman keras. Sedangkan menurut Undang-Undang
No.5 tahun 1967, hutan diartikan sebagai lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang
secara menyeluruh merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya. Kumpulan pohon-pohon yang dikategorikan sebagai hutan jika
sekelompok pohon-pohon tersebut mempunyai tajuk-tajuk yang rapat. Karena hutan
diartikan sebagai suatu assosiasi, maka antara jenis pohon yang satu dan jenis
pohon yang lain yang terdapat di dalamnya akan saling tergantung.
Di dalam hutan akan terjadi pula
persaingan antar anggota-anggota yang hidup saling berdekatan. Hutan merupakan
suatu ekosistem natural yang telah mencapai keseimbangan klimaks dan merupakan
komunitas tetumbuhan paling besar yang mampu pulih kembali dari
perubahan-perubahan yang dideritanya, sejauh tidak melampaui batas-batas yang
dapat ditoleransi. Hutan bukan semata-mata kumpulan pohon-pohon yang hanya dieksploitasi
dari hasil kayunya saja, tetapi hutan merupakan persekutuan hidup alam hayati
atau suatu masyarakat tumbuhan yang kompleks yang terdiri atas pohon-pohon,
semak, tumbuhan bawah, jasad renik tanah, hewan, dan alam lingkungannya.
Hutan
dataran rendah
Hutan
dataran rendah merupakan hutan yang tumbuh di daerah dataran rendah dengan
ketinggian 0 - 1200 m. Hutan hujan tropis yang ada wilayah Dangkalan Sunda
seperti di Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan termasuk hutan dataran rendah.
Menurut
Schmidt dan Ferguson, kawasan ini mempunyai curah hujan 2.500-3.000 mm/tahun, Sedangkan
rata-rata temperatur bulanan berada di atas 18 °C (64 °F) di
sepanjang tahun dengan musim kemarau
pada bulan April-November,dan tanah yang subur atau relatif subur,
kering (tidak tergenang air dalam waktu lama), dan tidak memiliki musim kemarau yang
nyata (jumlah bulan kering < 2).
Hutan
dataran rendah Sumatera memiliki keanekaragaman hayati yang terkaya di dunia.
Sebanyak 425 jenis atau 2/3 dari 626 jenis burung yang ada di Sumatera hidup di
hutan dataran rendah bersama dengan harimau Sumatera, gajah, tapir, beruang
madu dan satwa lainnya. Selain itu, di hutan dataran rendah Sumatera juga
ditemukan bunga tertinggi di dunia (Amorphophallus tittanum) dan bunga
terbesar di dunia (Rafflesia arnoldi).


B.
Karakteristik
ekologis
Karakteristik hutan dataran rendah yang
sering basah membuat mudah dijumpai tumbuhan pemanjat, pohon-pohon penahan,
meratanya ketinggian pepohonan, batang pohon terasa licin, berdaun lebar.
Daunnya yang meruncing berfungsi sebagai jalan air agar segera terbuang
sehingga tidak memberi kesempatan tumbuhan epifit di daun tumbuh.
Lapisan pepohonan di hutan dibagi
menjadi tiga yakni zona eufotik, oligofotik dan akar. Zona eufotik terdiri dari
kanopi pepohonan yang banyak menerima cahaya matahari. zona oligofotik terletak
mulai dari batas bawah kanopi pepohonan hingga lantai hutan. Sesuai namanya,
zona akar berada di dalam tanah hutan yang meliputi sistem perakaran pepohonan
.


Akar-akar pepohonan harus bersaing
dengan organisme lainnya seperti jamur, bakteri dan invertebrata untuk
mendapatkan senyawa karbon organik dan nutrisi hara. Terkadang terjadi simbiosa
diantara organisme tersebut. Akar dan jamur dapat berinterksi sama-sama
menguntungkan dengan cara membentuk mikoriza. Batang merupakan bagian pohon
yang tumbuh vertikal. Sedangkan cabang merupakan bagian pohon yang tumbuh
menyamping (horizontal). Hal yang perlu diketahui tentang batang dan cabang ini
di hutan dataran rendah yakni tinggi batang bebas cabang dan prosentasi
penutupan cabang dalam satu pohon.
Tanaman pemanjat sangat melimpah di
hutan dataran rendah. Tanaman pemanjat memiliki pengait sehingga dapat mencapai
kanopi pohon. Contohnya rotan. Tanaman pemanjat berkompetisi dengan pohon untuk
mendapatkan cahaya, nutrisi dan air. Tanaman perambat menempelkan akarnya pada
batang dan cabang pohon. Tanaman perambat juga memiliki sifat sama dengan
tanaman pemanjat. Oleh karena itu, kedua kelompok tanaman ini dapat merusak secara
mekanis terhadap pepohonan. Tanaman yang hidupnya menempel di batang dan cabang
pohon tanpa merugikan pohon itu sendiri disebut epifit. Akar tanaman epifit
tidak sampai menembus jaringan dalam pohon. Tanaman epifit memperoleh nutrisi
hara yang menempel di perakaran. Contoh tanaman epifit yaitu anggrek, paku
sarang burung. Tanaman epifil yaitu tanaman yang hidup di atas daun. Contoh
tanaman epifil yaitu lumut, lumut hati, lumut kerak.
Dinamika
Terdapat tiga prinsip dasar suksesi
primer dan sekunder. Suksesi yang terjadi satu arah yakni adanya pertumbuhan
cepat dari jenis-jenis tertentu, jenis koloni yang toleran digantikan oleh
jenis yang pertumbuhannya lambat dengan persyaratan yang lebih khusus serta
persaingan yang tinggi. kehadiran koloni jenis baru pada area tertentu
yang mengubah lingkungan sekitarnya. Adanya perubahan tempat tumbuh yang kurang
sesuai untuk anakan jenis tertentu, tetapi sesuai untuk anakan jenis lainnya. Siklus
perkembangan hutan dibagi jadi tiga tahap yakni kosong, pengembangan dan
matang. Tahap-tahap ini tidak selalu berurutan, akan tetapi bisa terjadi
bolak-balik tahapan sebelum sampai tahap matang. Dalam siklus perkembangan
hutan, peran hewan, geologi, iklim berpengaruh besar pada pertumbuhan pepohonan.
Tahap pertama dalam siklus hara yaitu
jatuhnya dedaunan dan bagian-bagian pohon ke lantai hutan. Proses dekomposisi
terjadi di permukaan tanah dan dalam tanah. Serasah yang jatuh ke lantai hutan
memberi kontribusi besar pada proses dekomposisi dibandingkan bagian-bagian
pohon lain. Hasil proses dekomposisi menghasilkan banyak unsur-unsur hara yang
dibutuhkan oleh hewan dan tumbuhan. Sayangnya pada saat hujan, unsur-unsur hara
ini mudah terbawa oleh air hujan. Oleh karena itu, di hutan dataran rendah, kandungan
unsur-unsur hara dalam tanah relatif miskin.
Produksi bunga, buah dan daun bervariasi
menurut jenis pohonnya. Ada bunga yang bermunculan setiap tahun, kemudian
berbuah. Ada jenis pohon yang harus menggugurkan daun di saat musim kemarau.
Ada pula jenis pohon yang berbunga dan berbuah setiap interval tiga atau empat
tahun. Variasi produksi bunga, buah dan daun ini menjadi indikator tingkat
kandungan unsur-unsur hara, air dan hasil proses fotosintesa tumbuhan. Pada
jenis ara, pohon ini terlihat hijau terus oleh dedaunan walaupun di musim
kemarau.
Daun terdiri dari selulosa, karbohidrat
kompleks dan mineral. Pencernaan hewan pemamah biak membutuhkan bantuan
mikroorganisme probiotik untuk memecah senyawa-senyawa organik tersebut menjadi
energi dan ion-ion yang dibutuhkan oleh tubuh. Pemecahan senyawa organik
melalui proses fermentasi.
Proses penyebaran biji dari buah-buah
yang matang di pohon tidaklah sesederhana yang dibayangkan, karena melibatkan
peran hewan-hewan di dalam hutan dataran rendah. Penyebaran biji via hewan
memungkinkan jatuh ke tempat yang sesuai untuk berkecambah, tumbuh dan
berreproduksi kembali. Hewan-hewan frugivora memakan buah-buah yang matang,
masuk dalam pencernaan, kemudian biji keluar bersama feses. Biji yang keluar
bersama feses dan dapat berkecambah merupakan biji yang berkualitas tinggi.
Karena selama di dalam pencernaan hewan tersebut telah terjadi proses
fermentasi oleh bakteri, jamur renik dan terjadi proses seleksi alamiah
diantara biji yang jelek dan baik. Agen penyebaran biji dapat dilakukan juga
oleh angin, air dan manusia.
Komposisi
hutan dataran rendah
Komposisi hutan dataran rendah yang pada
fase matang didominasi oleh pohon-pohon keras, berdaun lebar, berbunga.
Golongan pohon-pohon ini antara lain dari family meranti-merantian
(Dipterocarpaceae), beringin-beringinan (Moraceae), palem-paleman (Palmae) dll.
Beberapa jenis pohon dari golongan tumbuhan deciduous (yang dapat menggugurkan
daun di saat musim kemarau) seperti mahoni, jati. Pada fase rintisan, jenis-jenis
pohon yang mendominasi antara lain; pisang-pisangan, rerumputan,
beringin-beringinan, polong-polongan. Pada tahap lebih lanjut diperkaya oleh
jenis tumbuhan beringin-beringinan, macaranga, antocephalos, pohon
polong-polongan dll.
Komunitas
hewan
Hewan invertebrata yang berhasil
ditemukan di hutan dataran rendah dapat mencapai 2.579 individu permeter
persegi. Kelompok pengurai dan rayap (62%), cacing tanah (4%), kumbang (3%) dan
semut-semut predator (20%). Hewan invertebrata ini berperan sebagai dekomposer
biomassa di lantai hutan yang bermanfaat dalam siklus hara dan energi bagi
komunitas hewan lainnya.
Komunitas hewan di lantai hutan yakni
hewan-hewan yang sebagian besar aktivitasnya berada di atas tanah untuk
berjalan dan mencari makan. Komunitas hewan ini antara lain; jenis serangga
kumbang tanah, kepiting, katak, hewan pemamah (sapi, kancil, landak dll), hewan
predator (macan, ular).Komunitas hewan yang berada di antara kanopi pepohonan
(zona eufotik dan oligofotik) antara lain berbagai jenis burung, serangga
peterbang, cicak pohon, mamalia peterbang, ular pohon. Hewan-hewan ini sudah
memodifikasi bagian-bagian tubuhnya untuk dapat merayap, melekat, terbang di
antara pepohonan.
Pada umumnya, keanekaragaman jenis-jenis
hewan di hutan pada fase pionir lebih rendah dibandingkan dengan di hutan pada
fase matang. Misal, jenis mamalia di hutan primer lebih banyak dibandingkan di
hutan pionir. Tetapi ada anomali kelimpahan dan populasi pada kelompok hewan
tertentu. Pada fase pionir pada jenis hewan tertentu memiliki populasi dan
keanekaragaman jenis yang besar dibanding di hutan pada fase matang walaupun
spesiesnya sama. Misalnya saja, burung-burung di tepian hutan pionir lebih
melimpah baik jenis dan populasinya dibanding di hutan primer.
C. Tumbuhan Penyusun Hutan
Hujan Tropis
Tumbuhan utama penyusun hutan hujan tropis yang basah (lembab), biasanya
terdiri atas tujuh kelompok utama, yaitu:
a.
Pohon-pohon Hutan
Pohon-pohon ini merupakan komponen struktural utama, kadang-kadang untuk
mudahnya dinamakan atap atau tajuk (canopy). Kanopi ini terdiri dari tiga
tingkatan, dan masing-masing tingkatan ditandai dengan jenis pohon yang
berbeda. Tingkatan A merupakan tingakatan tumbuhan yang
menjulang tinggi, dengan ketinggian lebih dari 30 meter. Pohon-pohonnya
dicirikan dengan jarak antar pohon yang agak berjauhan dan jarang merupakan
suatu lapisan kanopi yang bersambung. Tingkatan B merupakan tumbuhan dengan
ketinggian antara 15-30 meter. Kanopi pada tingkatan ini merupakan tajuk-tajuk
pohon yang bersifat kontinu (bersambung) dan membentuk sebuah massa yang dapat
disebut sebagai sebuahatap (kanopi). Sedangkan tingkatan C merupakan tumbuhan
dengan ketinggian antara 5-15 meter. Tingkatan ini dicirikan dengan bentuk
pohon yang kecil dan langsing, serta memiliki tajuk yang sempit meruncing.
Tingkatan-tingkatan kanopi hutan hujan tropis sebenarnya sukar sekali dtentukan
secara pasti. Hal ini disebabkan oleh ketinggian pohon yang tidak seragam
seperti telah disebutkan dalam pembagian tingkatan di atas. Pengamatan
tingkatan kanopi di atas hanyalah bersifat kausal saja.
b.
Terna
Pada bagian hutan yang kanopinya
tidak begitu rapat, memungkinkan sinar matahari dapat tembus hingga ke lantai
hutan. Pada bagian ini banyak tumbuh dan berkembang vegetasi tanah yang
berwarna hijau yang tidak bergantung pada bantuan dari luar. Tumbuhan yang
demikian hidup dalah iklim yang lembab dan cenderung bersifat terna seperti
paku-pakuan dan paku lumut (Selagenella spp.) dengan bagian dindingnya sebagian
besar terdiri dari tumbuhan berkayu. Terna dapat membentuk lapisan tersendiri,
yaitu lapisan semak-semak (D), terdiri dari tumbuhan berkayu agak tinggi. Lapisan kedua yaitu semai-semai pohon (E) yang
dapat mencapai ketinggian 2 meter.
Lapisan semak-semak sering mencakup beberapa terna besar sepertiScitamineae
(pisang, jahe, dll.) yang tingginya dapat melebihi 5 meter. Meskipun kondisi
iklim mikronya panas dan lembab, namun perkembangan terna dalam wilayah hutan
hujan tropis kurang baik. Hal ini disebabkan kurangnya pencahayaan matahari
untuk membantu proses fotosintesisnya. Persebaran terna yang baik terdapat pada
wilayah terbuka dengan air yang cukup melimpah atau pada tebing-tebing terjal,
dimana sinar matahari leluasa mencapai lantai hutan.
c.
Tumbuhan Pemanjat
Tumbuhan ini bergantung dan menunjang pada tumbuhan utama dan memberikan
hiasan utama pada hutan hujan tropis. Tumbuhan pemanjat ini lebih dikenal
dengan sebutanLiana. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik, besar dan banyak, sehingga
mampu memberikan salah satu sifat yang paling mengesankan dari hutan hujan tropis.
Tumbuhan ini dapat berbentuk tipis seperti kawat atau berbentuk besar sebesar
paha orang dewasa. Tumbuhan ini seperti menghilang di dalam kerimbunan dedaunan
atau bergantungan dalam bentuk simpul-simpul tali raksasa (ingat dalam film
Tarzan, the Adventure). Sering pula tumbuhan ini tumbuh di
percabangan pohon-pohon besar. Beberapa diantaranya dapat mencapai panjang
sampai 200 meter.

d.
Epifita
Tumbuhan ini tumbuh melekat pada
batang, cabang atau pada daun-daun pohon, semak, dan liana. Tumbuhan ini hidup
diakibatkan oleh kebutuhan akan cahaya matahari yang cukup tinggi. Beberapa
dari tipe ini hidup di atas tanah pada pohon- pohon yang telah mati. Tumbuhan
ini pada umumnya tidak menimbulkan pengaruh buruk terhadap inang yang
menunjangnya. Tumbuhan ini
pun hanya memainkan peran yang kurang berarti dalam ekonomi hutan.
Namun demikian, epfita memainkan
peranan penting dalam ekosistem sebagai habitat bagi hewan. Epifit pun
memainkan peranan penting dan sangat menarik untuk menunjukkan adaptasi
struktural terhadap habitatnya. Jumlah jenisnya lebih beraneka ragam, biasanya
melibatkan kekayaan jenis-jenis tumbuhan spora, baik dari golongan yang rendah
maupun paku-pakuan dan tumbuhan berbunga termasuk diantaranya semak-semak.
Kehadiran epifit dalam ukuran yang luas lagi digunakan untuk membedakan antara
hutan hujan tropis dengan komunitas hutan di daerah iklim sedang.


e.
Pencekik Pohon
Tumbuhan pencekik memulai
kehidupannya sebagai epifita, tetapi kemudian akar- akarnya menancap ke tanah
dan tidak menggantung lagi pada inangnya. Tumbuhan ini sering membunuh pohon
yang semula membantu menjadi inangnya. Tumbuhan pencekik yang paling banyak
dikenal dan melimpah jumlahnya, baik dari segi jenis ataupun populasinya,
adalahFircus spp. yang memainkan peranan penting baik dalam ekonomi maupun
fisiognomi hutan hujan tropis. Biji-biji dari tumbuhan pencekik ini berkecambah
diantara dahan-dahan pohon besar yang tinggi atau semak yang merupakan
inangnya. Pada stadium ini tumbuhan pencekik masih berupa epifit, namun
akar-akarnya bercabang-cabang dan menujam ke bawah melalui batang- batang
inangnya hingga mencapai tanah. Kemudian batang-batang pohon itu tertutup dan
terjalin oleh akar-akar tumbuhan pencekik dengan sangat kuat. Setelah beberapa
waktu tertentu inang pohon pun akan mati dan membusuk meninggalkan pencekiknya.
Sementara itu tajuk tumbuhan pencekik menjadi besar dan lebat.
f.
Saprofita
Tipe tumbuhan ini mendapatkan zat
haranya dari bahan organik yang telah mati bersama-sama denganparasit-parasit.
Tumbuhan ini merupakan komponen heterotrof yang tidak berwarna hijau di hutan
hujan tropis. Jenis tumbuhan ini terdiri atas cendawan atau jamur (fungi), dan
bakteri. Tumbuhan ini dapat membantu terjadinya penguraian organik, terutama
yang hidup di dekat permukaan lantai hutan. Namun beberapa jenis anggrek
tertentu, suku Burmanniaceae dan Gentianaceae, jenis-jenis Triuridaceae dan
Balanophoraceae yang sedikit mengandung klorofil dapat hidup dengan cara
saprofit yang sama. Tumbuhan ini banyak ditemukan pada lantai hutan yang
memiliki rontokkan daun-daun yang cukup tebal dan terjadi pembusukkan yang
nyata. Tumpukan dedaunan tersebut dapat dijumpai pada rongga-rongga atau
sudut-sudut diantara akar-akar banir pohon-pohon.

g.
Parasit
Jenis tumbuhan ini biasanya
mengambil unsur hara dari pohon inangnya untuk kelangsungan hidupnya. Tumbuhan
ini hidupnya hanya untuk merugikan tumbuhan inangnya. Tumbuhan ini dapat berupa
cendawan dan bakteria yang digolongkan dalam 2 sinusia penting. Pertama adalah
parasit akar yang tumbuh di atas tanah dan yang kedua adalah setengah parasit
(hemiparasit) yang tumbuh seperti epifita di atas pohon. Parasit akar jumlahnya
sangat sedikit dan tidak seberapa penting artinya, namun bila dikaji secara
mendalam akan sangat menarik sekali. Hemiparasit yang bersifat seperti epifit
jenisnya sangat banyak sekali dan jumlahnyanya pun melimpah ruah serta banyak
dijumpai di seluruh hutan hujan tropis. Kebanyakan hemiparasit adalah dari suku
benalu (Loranthaceae).

D. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produktivitas Hutan Hujan Tropis
Produktivitas merupakan parameter ekologi yang sangat penting.
Produktivitas ekosistem adalah suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh
kumulatif dari banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam
ekosistem. Jika produktivitas pada suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam
jangka waktu yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang stabil,
tetapi jika terjadi perubahan yang dramatis, maka menunjukkan telah terjaDI
perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting
dalam interaksi di antara organisme-organisme yang menyusun ekosistem.
Produktivitas khususnya di wilayah tropis dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain adalah:
a.
Suhu dan cahaya matahari
Wilayah hutan dataran rendah menerima lebih
banyak sinar matahari tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan
wilayah iklim sedang. Hal ini disebabkan oleh 3 faktor: (1) Kemiringan poros
bumi menyebabkan wilayah tropika menerima lebih banyak sinar matahari dibanding
pada atmosfer luarnya dibanding dengan wilayah iklim sedang. (2) Lewatnya sinar
matahari pada atmosfer yang lebih tipis (karena sudut yang lebih tegak lurus di
daerah tropika), mengurangi jumlah sinaran yang diserap oleh atmosfer. Di
wilayah hutan hujan tropis, 56% sampai dengan 59 % sinar matahari pada batas
atmosfer dapat sampai di permukaan tanah. (3) Masa tumbuh, yang terbatas oleh
keadaan suhu adalah lebih panjang di daerah hutan hujan tropis (kecuali di
tempat-tempat yang sangat tinggi)
Suhu yang tinggi dan konstan hampir sepanjang tahun dapat bermakna musim
tumbuh bagi tumbuh-tumbuhan akan berlangsung lama, yang pada gilirannya akan
meningkatkan produktivitas tumbuhan.
b.
Curah Hujan
Di daerah hutan hujan tropis jumlah
curah hujan per tahun berkisar antara 1600 sampai dengan 4000 mm dengan
sebaran bulan basah 9,5-12 bulan basah. Kondisi ini menjadikan wilayah ini
memiliki curah hujan yang merata hampir sepanjang tahun yang akan sangat
mendukung produktivitas.
Walaupun memberi dampak positif bagi
produktivitas vegetasi menurut Resosoedarmo et al., (1986) curah hujan yang
tinggi akan menyebabkan tanah- tanah yang tidak tertutupi oleh vegetasi rentan
sekali terhadap pencucian yang akan mengurangi kesuburan tanah dengan cepat.
Barbour et al, (1987) mengatakan bahwa sebagai salah satu faktor siklus hara
dalam sistem, pencucian adalah penyebab utama hilangnya hara dari suatu
ekosistem. Hara yang mudah sekali tercuci terutama adalah Ca dan K.
c.
Interaksi Antara Suhu dan Curah Hujan
Interaksi antara suhu yang tinggi dan curah hujan yang banyak yang
berlangsung sepanjang tahun menghasilkan kondisi kelembapan yang sangat ideal
bagi vegetasi hutan hujan tropis untuk meningkatkan produktivitas. Warsito
(1999) menjelaskan bahwa kelembapan atmosfer merupakan fungsi dari lamanya hari
hujan, terdapatnya air yang tergenang, dan suhu. Sumber utama air dalam
atmosfer adalah hasil dari penguapan dari sungai, air laut, dan genangan air
tanah lainnya serta transpirasi dari tumbuhan. Menurut Jordan (1995) tingginya
kelembapan pada gilirannya akan meningkatkan laju aktivitas mikroorganisme.
Selain itu, proses lain yang sangat dipengaruhi oleh proses ini adalah
pelapukan tanah yang berlangsung cepat. Pelapukan terjadi ketika hidrogen dalam
larutan tanah bereaksi dengan mineral-mineral dalam tanah atau lapisan batuan,
yang mengakibatkan terlepas unsur-unsur hara . Hara-hara ini
ada yang dapat dengan segera diserap oleh tumbuhan
d.
Produktivitas Serasah
Produktivitas serasah di hutan hujan
tropis adalah juga yang tertinggi di banding dengan wilayah-wilayah lain. Oleh
karena produktivitas serasah yang tinggi maka akan memberikan keuntungan bagi
vegetasi untuk meningkatkan produktivitas karena tersedianya sumber hara yang
banyak.
e.
Tanah.
Tanah adalah faktor di daerah tropis
yang mendukung tingginya produktivitas yang tinggi. Tanah di hutan hujan tropis
adalah tanah yang berumur sangat tua, kecuali tanah vulkanik. Periode
Pleistocene tidak berpengaruh sama sekali pada tanah disini, dan kemungkinan
besar tanah disini berasal dari periode Tertiary.
f.
Herbivor
Herbivora adalah faktor biotik yang
mempengaruhi produktivitas vegetasi.Sekitar 10 % dari produktivitas vegetasi
darat dunia dikonsumsi oleh herbivorabiofag. Persentase ini bervariasi menurut
tipe ekosistem darat (Barbour at al.,1987). Oleh karena produktivitas yang
tinggi, maka dapat di antisipasi adanya potensi yang tinggi untuk terjadi
serangan insekta. Namun, sedikit bukti yang ada sekurang-kurangnya di hutan
yang tumbuh secara alami, adanya serangan insektapada areal berskala luas.
Banyak pohon mengembangkan alat pelindung terhadap herbivora melalui
produksi bahan kimia tertentu yang jikadikonsumsi oleh herbivora memberi efek
yang kurang baik bagi herbivora.
E. IKLIM HUTAN HUJAN TROPIS
Atmosfir bumi merupakan lapisan
tipis gas yang mengelilingi planet padat. Jika membahas tentang cuaca, yang
dibicarakan adalah tentang keadaan atmosfir pada situasi dan tempat
tertentu. Ada enam unsur cuaca: tekanan udara, suhu, angin, hujan, awan,
dan kelembaban. Bersama, unsur-unsur ini membuat kondisi atmosfir secara
keseluruhan yang disebut “cuaca”. Dari waktu ke waktu, unsur-unsur cuaca
ini berkombinasi membentuk iklim.
Iklim adalah suatu pola yang umum
dari cuaca yang terjadi di daerah tertentu dalam kurun waktu bertahun-tahun.
Iklim mendasari penyebaran bioma-bioma bumi, seperti telah dibahas sebelumnya,
iklim menentukan sifat alami tanaman dan kehidupan hewan di lokasi tertentu menunjukkan
dunia terbagi ke dalam wilayah-wilayah iklim berdasar atas suhu rata-rata
tahunan. Suhu tertinggi berada pada garis lintang yang paling dekat dengan
garis katulistiwa, pada daerah beriklim tropis). Pada daerah beriklim tropis,
suhu sedikit bervariasi sepanjang tahun dan rata-rata lebih dari 18°C (atau
64°F) bahkan di bulan yang paling dingin. Pada pertengahan garis lintang, di
daerah iklim sedang, suhu tidak sangat panas maupun sangat dingin
F.
Iklim
Mikro Dan Makro
Iklim mikro adalah faktor-faktor
kondisi iklim setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap kenikmatan
(fisik) dan kenyamanan (rasa) pemakai di sebuah ruang bangunan. Sedangkan iklim
makro adalah kondisi iklim pada suatu daerah tertentu yang meliputi area yang
lebih besar dan mempengaruhi iklim mikro. Iklim makro dipengaruhi oleh lintasan
matahari, posisi dan model geografis, yang mengakibatkan pengaruh pada cahaya
matahari dan pembayangan serta hal-hal lain pada kawasan tersebut, misalnya
radiasi panas, pergerakan udara, curah hujan, kelembaban udara, dan temperatur
udara.
Sistem lingkungan membentuk bangunan
(buildings as a modifier, or climate modifier). Modifier merupakan cara mengatasi
iklim dengan mempergunakan teknologi tepat guna. Modifier adalah barang buatan
yang mampu membuat iklim mikro yang nyaman bagi manusia.
Cara mengelola/memanfaatkan iklim
makro
1. Membuka jendela
pada utara–selatan
2. Pohon perdu
diletakkan di timur, sebab angin pada bulan Maret-September kering (tidak
membawa uap air), sehingga tidak lembab.
3. Kamar mandi
sebaiknya ditaruh di sebelah barat saja agar cepat kering (tidak lembab)
4. Angin yang baik
adalah yang lewat depan/samping (posisi bangunan tidak membelakangi angin).
Angin dari bawah dan atas tidak baik.
Iklim mikro dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1. Orientasi bangunan
2. Ventilasi (lubang-lubang pembukaan di dalam ruang untuk masuknya penghawaan)Sun shading (penghalang cahaya matahari)
3. Pengendalian kelembaban udara
4. Penggunaan bahan-bahan bangunan
5. Bentuk dan ukuran ruang
6. Pengaturan vegetasi
1. Orientasi bangunan
2. Ventilasi (lubang-lubang pembukaan di dalam ruang untuk masuknya penghawaan)Sun shading (penghalang cahaya matahari)
3. Pengendalian kelembaban udara
4. Penggunaan bahan-bahan bangunan
5. Bentuk dan ukuran ruang
6. Pengaturan vegetasi
G. Penyabab Terjadinya Perubahan Iklim
Perubahan iklim global disebabkan
antara lain oleh peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai
aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi (Las, 2007). IPCC (2007) dalam
Noordwijk (2008). telah memberikan banyak bukti kuat secara ilmiah bahwa iklim
global telah berubah pada tingkatan yang cukup besar sepanjang sejarah geologi.
Perubahan tersebut terjadi karena adanya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca
(GRK) di atmosfer, terutama tersusun dari gas-gas CO2, CH4 dan N2O.
Gas rumah kaca utama yang terus
meningkat adalah karbon dioksida (CO2). Sebagian dari karbon dioksida ini dapat
diserap kembali, antara lain melalui proses fotosintesis yang merupakan bagian
dari proses pertumbuhan tanaman atau pohon. Namun, kini kebanyakan negara
memproduksi karbon dioksida secara jauh lebih cepat ketimbang kecepatan
penyerapannya oleh tanaman atau pohon, sehingga konsentrasinya di atmosfer
meningkat secara bertahap. Ada beberapa gas rumah kaca yang lain. Salah satunya
adalah metan (CH4), yang dapat dihasilkan dari lahan rawa dan sawah serta dari
tumpukan sampah dan kotoran ternak. Gas-gas rumah kaca lainnya, meski jumlahnya
lebih sedikit, antara lain adalah nitrogen oksida (N2O) dan sulfur heksaflorida
(SF6) (United Nations Development Programme Indonesia, 2007).
Beberapa jenis gas di atmosfir,
seperti CO2, CH4, dan N2O mempengaruhi iklim permukaan bumi karena kemampuanya
dalam membantu proses transmisi radiasi dari matahari ke permukaan bumi, dan
juga menghambat keluarnya sebagian radiasi dari permukaan bumi. Kalau
konsentrasi dari gas-gas ini di atmosfir meningkat, radiasi yang keluar dari
permukaan bumi akan terhambat, sehingga suhu permukaan bumi bertambah besar.
Prediksi peningkatan suhu bumi bukanlah suatu hal yang mudah iklim di suatu
daerah merupakan hasil interaksi dari proses-proses fisika dan mekanik yang
saling berhubungan. Peningkatan suhu, akan menyebabkan peningkatan
evapotranspirasi yang berdampak pada meningkatnya konsentrasi.
Apabila konsentrasi dari gas-gas ini
di atmosfir meningkat, radiasi yang berupa uap air, H2O(gas). Uap air juga
merupakan gas penghambat keluarnya radiasi dari permukaan bumi, sementara di
lain pihak keberadaan uap air tersebut juga menimbulkan umpan balik negatif
karena peningkatan pertumbuhan awan, menyebabkan terhambatnya transmisi radiasi
matahari ke permukaan bumi (Syarifuddin, 2011).
Aktifitas-aktifitas yang
menghasilkan GRK adalah perindustrian, penyediaan energi listrik, dan
transportasi. Sedangkan dari peristiwa secara alam juga menghasilkan/
mengeluarkan GRK seperti dari letusan gunung berapi, rawa-rawa, kebakaran
hutan, peternakan hingga kita bernafaspun mengeluarkan GRK. Komposisi dan
konsentrasi gas rumah kaca yang berada di lapisan atmosfer akan sangat
bergantung dari gas-gas emisi yang dihasilkan berbagai kegiatan manusia dalam
merekayasa sistem tatanan ekologi di planet ini (Hamid, 2009).
United Nations Framework Convention
on Climate Change (UNFCC) mengklasifikasi enam jenis gas yang dapat menyerap
radiasi matahari di lapisan atmosfer yaitu Karbondioksida (CO2), Dinitroksida
(NO2), Metana (CH4), Sulfurheksaflorida (SF6), Perfluorokarbon (PFCs) dan
hidrofluorokarbon (HFCs). Gas karbondioksida (CO2), dinitrooksida (NO2) dan
metana (CH4) terutama dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil di sektor
energi, transportasi dan industri. Gas metana (CH4) juga dihasilkan dari
kegiatan pertanian dan peternakan. Sementara untuk gas sulfurheksaflorida
(SF6), perflorokarbon (PFCs) dan hidroflorokarbon (HFCs) dihasilkan dari
industri pendingin dan penggunaan aerosol (partikel kecil/debu) (Hamid, 2009).
H. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Perubahan iklim global akan
mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat
kaitannya dengan pertanian, yaitu: (1) naiknya suhu udara yang juga berdampak
terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, (2)
berubahnya pola curah hujan, (3) makin meningkatnya intensitas kejadian iklim
ekstrim (anomali iklim) seperti El-Nino dan La-Nina, dan (4) naiknya permukaan
air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara. (Direktorat Pengelolaan
Air, 2009).
1.
Dampak Peningkatan
Konsentrasi CO2 di Atmosfer.
Gas CO2 merupakan
sumber karbon utama bagi pertumbuhan tanaman. Konsentrasi CO2 di atmosfir saat ini
belum optimal, sehingga penambahan CO2 kepada tanaman di dalam industri
pertanian di dalam rumah kaca merupakan kegiatan normal untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman seperti tomat, selada, timun dan bunga potong. Pengaruh
fisiologis utama dari kenaikan CO2 adalah meningkatnya laju assimilasi (laju
pengikatan CO2 untuk membentuk karbohidrat,fotosintesis) di dalam daun.
Efisiensi penggunaan faktor-faktor pertumbuhan lainnya (seperti radiasi
matahari, air dan nutrisi) juga akan ikut meningkat.
Selain pengaruh positif terhadap
proses fotosintesis, kenaikan CO2 juga akan mempunyai pengaruh positif terhadap
penggunaan air oleh tanaman. Stomata mempunyai fungsi sebagai pintu gerbang
masuknya CO2 dan keluarnya uap air ke/dari daun. Besar kecilnya pembukaan
stomata merupakan regulasi terpenting yang dilakukan oleh tanaman, dimana
tanaman berusaha memasukkan CO2 sebanyak mungkin tetapi dengan mengeluarkan H2O
sesedikit mungkin, untuk mencapai effisiensi pertumbuhan yang tinggi. Jika CO2
di atmosfir meningkat, tanaman tidak membutuhkan pembukaan stomata maksimum
untuk mencapai konsentrasi CO2 optimum di dalam daun, sehingga laju pengeluaran
H2O dapat dikurangi. Dengan kondisi tersebut maka laju pembentukan biomassa
akan meningkat (Syarifuddin, 2011).
Efek langsung dari meningkatnya CO2,
berdampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sebagaimana
dijelaskan diatas. Akan tetapi dampak pengikutan berupa peningkatan suhu dan
perubahan siklus hidrologi menyebabkan pengaruh positif dari kenaikan CO2
menjadi berkurang atau terhambat sama sekali (Munawar, 2010).
2. Naiknya Suhu
Udara yang Juga Berdampak Terhadap Unsur Iklim Lain.
Suhu merupakan faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu udara
dipengaruhi oleh radiasi yang diterima di permukaan bumi sementara tinggi
rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan
tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah. Umumnya
laju metabolisme makhluk hidup akan bertambah dengan meningkatnya suhu hingga
titik optimum tertentu. Beberapa proses metabolisme tersebut antara lain bukaan
stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan
respirasi. Setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat: baik
secara fisik maupun kimia, menurunnya aktifitas enzim (enzim terdegradasi)
Pengaruh peningkatan suhu dapat
mengurangi atau bahkan mengurangi dampak positif yang diberikan dari
meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfir. Peningkatan suhu disekitar iklim
mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah (kadar
air tanah) akibat evaporasi. Hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas tanahnya
terbatas.
Dampak peningkatan suhu terhadap
tanaman pangan menurut Las (2007) adalah terjadinya peningkatan transpirasi
yang menurunkan produktivitas, peningkatan konsumsi air, percepatan pematangan
buah/biji yang menurunkan mutu hasil, dan perkembangan beberapa organisme
pengganggu tanaman. Bahkan dirjen IRRI (International Rice Researh Institute)
menyatakan bahwa dengan peningkatan suhu udara rata-rata 1°C dapat menurunkan
produktivitas beras dunia sekitar 5-10 %.
Peningkatan temperatur dapat
menyebabkan penurunan produksi pada berbagai jenis tanaman pangan, Menurut Tang
et al., (2006) dan Weerakoon et al., (2008), Pada tanaman padi, fase
pembentukan malai sangat sensitif terhadap temperatur tinggi. Selama tahap ini,
stress akibat panas sangat memungkinkan untuk terjadinya sterilitas floret,
menurunnya kesuburan dan kehilangan hasil. Hal ini terutama disebabkan oleh
menurunnya aktifitas serta perkecambahan polen, terbatasnya pertumbuhan tabung
polen, rendahnya daya dehiscence polen dan penyerbukan yang tidak sempurna.
Di samping itu temperatur juga
secara langsung berperan terhadap perkembangan biji seperti pengisian biji dan
laju produksi bahan kering pada biji (Kobata dan Uemuki, 2004) Temperatur
tinggi dapat menghambat perkembangan biji pada padi (Zakaria et al., 2002)
gandum (Hawker dan Jenner, 1993).
Peningkatan temperatur selama
kemasakan juga dapat menyebabkan penurunan kualitas biji terutama yang
diakibatkan oleh terhambatnya akumulasi cadangan makanan pada biji (Zakaria,
2005). Munculnya bagian “putih buram” yang biasanya di dapatkan pada bagian
gabah yang kurang sempurna pada musim panas diperkirakan mempunyai hubungan
yang erat dengan sistem transfer dan transportasi cadangan makanan selama
pembentukan biji. Bagian putih buram ini adalah bagian dari kerusakan yang
disebabkan oleh temperatur tinggi selama kemasakan.
3. Berubahnya Pola
Curah Hujan.
Perubahan iklim juga menyebabkan
terjadinya perubahan jumlah hujan dan pola hujan yang mengakibatkan pergeseran
awal musim dan periode masa tanam. Penurunan curah hujan telah menurunkan
potensi satu periode masa tanam padi (Runtunuwu dan Syahbuddin, 2007). Dampak
perubahan pola hujan diantaranya mempengaruhi waktu dan musim tanam, pola
tanam, degradasi lahan, kerusakan tanaman dan produktivitas, luas areal tanam
dan areal panen, serta perubahan dan kerusakan keanekaragaman hayati.
I.
Upaya Antisipasi Dari Dampak Perubahan Iklim
Untuk menekan dampak yang negatif
akibat kejadian ekstrim atau penyimpangan iklim, maka peningkatan kemampuan
antisipasi sangat diperlukan. Menurut Boer (2003) pengamatan terhadap data
anomali produksi padi nasional dari tahun 1979-1997 menunjukkan bahwa penurunan
produksi akibat iklim ekstrim (penyimpangan iklim) cendrung meningkat (Gambar
3). Hal ini ditunjukkan oleh semakin melebarnya perbedaan antara anomali
produksi tahun-tahun ekstrim dengan tahun-tahun normal.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan
untuk mengantisipasi penyimpangan iklim, langkah-langkah umum yang dapat
dilakukan diantaranya: (1) melakukan pemetaan daerah-daerah yang sensitif
terhadap penyimpangan iklim terutama akibat fenomena ENSO, (2) meningkatkan
kemampuan peramalan sehingga langkah-langkah antisipasi dapat dilakukan lebih
awal, khususnya pada daerah-daerah yang rawan, dan (3) menerapkan teknologi
budidaya (dalam bidang pertanian) yang dapat menekan risiko terkena dampak
kejadian puso.
Berbagai upaya untuk mengantisipasi dampak penyimpangan iklim terhadap bencana banjir dan kekeringan pada sektor pertanian telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Secara umum upaya antisipasi dikelompokkan menjadi antisipasi secara teknis dan antisipasi sosial-kelembagaan. Antisipasi secara teknis antara lain :
Berbagai upaya untuk mengantisipasi dampak penyimpangan iklim terhadap bencana banjir dan kekeringan pada sektor pertanian telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Secara umum upaya antisipasi dikelompokkan menjadi antisipasi secara teknis dan antisipasi sosial-kelembagaan. Antisipasi secara teknis antara lain :
Æ Pembuatan waduk untuk
menampung air hujan,
Æ Pembuatan embung mulai
dari hulu hingga hilir. Embung ini dapat dimanfaatkan untuk :
Æ mengurangi dan
atau meniadakan aliran permukaan (run off)
Æ meningkatkan
infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga meningkatkan cadangan air tanah,
kandungan air tanah disekitar embung tetap tinggi dan untuk daerah dekat pantai
dapat digunakan untuk menekan intrusi air laut.
Æ mencegah erosi
Æ menampung sedimen
dan sedimen tersebut mudah diangkut karena ukuran embung yang relatif kecil.
Æ sebagian air embung
dapat digunakan sebagai cadangan pada musim kemarau.
Æ Memanfaatkan informasi
dan prakiraan iklim untuk memberikan peringatan dini dan rekomendasi pada
masyarakat.
3)
EDAPSHIS
EKOSISTEM HUTAN DATARAN RENDAH
Edaphis atau tanah merupakan suatu sistem
terpadu unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu mineral
anorganik, mineral organik, dan organisme tanah, udara tanah dan tanah air.
Unsur iklim mikro tanah yang memegang peranan dalam menentukan produksi tanaman
seperti tanah, sinar matahari, suhu udara, curah hujan dan tinggi tempat. Udara
tanah memiliki komposisi yang sama dengan udara diatas permukaan tanah. Tekstur
tanah berperan dalam menentukan daya ikat air dan percepatan infiltrasinya.
Sementara aerasi tanah, pergerakan air tanah, dan penetrasi akar tanaman
ditentukan oleh tekstur tanah (Umboh,2002).
Setiap tanah biasanya memiliki tiga atau empat lapisan
yang berbeda. Lapisan umumnya dibedakan pada keadaan fisik yang terlihat dan
warna serta tekstur adalah yang utama, hal ini membawa klasifikasi lebih lanjut
dalam hal tekstur tanah yang dipengaruhi ukuran partikel, seperti apakah
partikel tanah itu lebih berpasir atau liat dari pada lapisan diatas dan
dibawahnya (Elfis,2010).
Tanah (edaphis) memberi peranan dan sebagi substrat
atau habitat berhubungan erat dengan jenis (struktur dan tekstur tanah), sifat
fisik, kimia dan biotik tanah, kandungan air tanah, nutrien dan bahan-bahan
organik, serta bahan anorganik sebagai hasil proses dekomposisi biota tanah.
Dikenal berbagai sifat adaptasi dan toleransi tumbuhan berkaitan dengan
struktur dan sifat kimia tanah, yaitu tipe vegetasi kalsifita, oksilofita,
psammofita, halofita, konfigurasi permukaan bumi sangat mempengaruhi
ketinggian, kemiringan, dan deodinamika lahan sebagai habitat, yang akan
berpengaruh terhadap iklim (cahaya/matahari, suhu, curah hujan, dan kelembapan
udara); yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan erat dengan
masyarakat tumbuhan dalam kaitannya dengan kehadiran, distribusi, jenis-jenis
tumbuhan, dan berbagai proses biologi tumbuhan (Elfis,2010).

1.
Bahan Organik
Bahan organik merupakan bagian penting dalam menciptakan kesuburan
tanah, baik secara fisik maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah
bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari
kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik
Kandungan bahan organik tanah menentukan kepekaan tanah terhadap
erosi karena bahan organik mempengaruhi kemantapan struktur tanah. Tanah-tanah
yang cukup mengandung bahan organik umumnya menyebabkan struktur tanah menjadi
mantap sehingga tahan terhadap erosi. Kandungan bahan organik yang kurang dari
2% umumnya peka terhadap erosi (Hardjowigeno, 2003).
Peranan
bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia, diantaranya menyangkut
peningkatan kapasitas tukar kation atau cation exchange capacity (CEC), dan pelepasan
unsur N, P, S dan unsur-unsur hara mikro dalam proses mineralisasinya.
Disamping itu, bahan organik dapat mengimmobilisasi bahan-bahan kimia buatan
yang diberikan ke tanah sehingga tidak memberi dampak merugikan terhadap
pertumbuhan tanaman, mengkomplek logam-logam berat sehingga mengurangi tingkat
pencemaran terhadap tanah dan air tanah, serta meningkatkan kapasitas sangga
(buffer capacity) tanah.
Bahan organik tanah merupakan indikator kunci
kualitas tanah, baik untuk fungsi pertanian (produksi dan ekonomi) maupun
fungsi lingkungan. Kandungan bahan organik tanah merupakan penentu aktivitas
biologi tanah. Jumlah, keragaman dan aktivitas fauna dan mikrobia tanah secara
langsung berhubungan dengan bahan organik. Agregasi dan kestabilan struktur
tanah meningkat dengan meningkatnya kandungan bahan organik tanah (Nurmi,
2005).
2.
tanah.
Dalam
memainkan peranannya bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan
susunannya, oleh kelancaran dekomposisinya, serta hasil dekomposisi itu sendiri
(Hakim, dkk, 1986). Komposisi
tanah umumnya terdiri dari bahan mineral anorganik (70%-90%), bahan organik
(1%-15%), udara dan air (0-9%). Hal-hal di atas menunjukkan betapa pentingnya
faktor tanah bagi pertumbuhan tanaman. Perbedaan jenis tanah menyebabkan
perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah.
Tahap
akhir hasil dekomposisi bahan organik adalah :
(1)
senyawa resisten berupa humus,
(2)
senyawa sederhana berupa CO2
(3)
air,
(4)
unsur hara tersedia seperti nitrat, dan lain-lain. Hasil akhir berupa gas CO2 jika
terakumulasi dapat bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang meskipun
asam lemah, namun jika terakumulasi akan terurai menjadi HCO3- + H+ yang
memasamkan tanah (Hanafiah, 2005).
Penetapan
kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Agar kandungan
bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi
mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak
harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat
berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah.
Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan
biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya
pemadatan tanah (Marpaung, 2009).
3.
Tekstur Tanah
Tanah-tanah
yang bertekstur pasir, butir-butirnya
berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram)
mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air
dan unsur hara. Tanah- tanah bertekstur liat, lebih halus maka setiap satuan
berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air
dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam
reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2003).
Oleh
karena itu, fungsi utama fraksi pasir adalah sebagai penyokong tanah yang
disekelilingnya terdapat partikel-partikel debu dan liat yang lebih aktif.
Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus memiliki luas permukaan yang
lebih besar. Butir-butir liat memperlihatkan luas permukaan yang besar. Di
dalam tanah, molekul-molekul air mengelilingi partikel-partikel liat membentuk
selaput tipis (film) sehingga jumlah liat akan menentukan kapasitas memegang
air dalam tanah (Sarief, 1988). Tekstur tanah sebagai faktor abiotik merupakan
faktor penting yang mempengaruhi distribusi mineral, retensi bahan organik,
biomassa mikroba dan sifat tanah lainnya (Scott and Robert, 2006).
4.
pH (Potensial Hidrogen)
Menurut
Hardjowigeno (2003) pentingnya pH tanah untuk diketahui adalah untuk menentukan
mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah
diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut
kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak
dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al, sedang pada tanah
alkalis unsur P juga tidak dapat diserap tanaman karena difiksasi oleh Ca.
Nilai
pH tanah tidak sekedar menunjukkan suatu tanah asam atau alkali, tetapi juga
memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain, seperti ketersediaan
fosfor, status kation-kation basa, status kation atau unsur racun, dsb. pH
tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total masam
yang ada ditanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu, seperti tanah liat berat,
gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar
dibandingkan dengan tanah yang berpasir. Tanah yang mampu menahan kemasaman
tersebut dikenal sebagai tanah yang berpenyangga baik (well buffer soil)
(Mukhlis, 2007).
Reaksi
tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pada reaksi
tanah yang netral, yaitu pH 6,5-7,5, maka unsur hara tersedia dalam jumlah yang
cukup banyak (optimal). Pada pH tanah kurang dari 6,0 maka ketersediaan
unsur-unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium dan molibdenum menurun
dengan cepat. Sedangkan pH tanah lebih besar dari 8,0 akan menyebabkan
unsur-unsur nitrogen, besi, mangan, borium, tembaga dan seng ketersediannya
relatif jadi sedikit (Sarief, 1986).
5.
Nitrogen Total Tanah
Nitrogen
yang didapat dari tanah diusahakan dari bahan-bahan seperti sisa tanaman, pupuk
kandang, pupuk buatan, dan garam amonium dan nitrat yang diendapkan. Lagipula
ada fiksasi nitrogen atmosfir yang diusahakan oleh mikroorganisme tanah
tertentu. Hilangnya dari tanah disebabkan oleh tanaman yang dipanen dan
diangkut, drainase, erosi, dan hilang sebagai gas dalam bentuk unsur dan
amoniak (Buckman and Brady, 1982).
Sejumlah
besar nitrogen dalam tanah berada dalam bentuk organik. Dengan demikian
dekomposisi nitrogen merupkan sumber utama nitrogen tanah, disamping juga dapat
berasal dari air hujan dan irigasi. Dekomposisi merupakan proses kimia yang
menghasilkan N dalam bentuk ammonium dan dioksidasi lagi menjadi nitrat.
Proses
dekomposisi ini dilkukan oleh jasad renik yang peka lingkungan. Jika bahan
organik yang secara relatif mengandung lebih banyak C dari N ditambahkan ke
tanah maka proses tersebut akan terbalik. Karena ada sumber energi yang banyak,
jasad renik akan menggunakan N yang ada untuk pertumbuhan. Dengan demikian, N
diikat pada tubuh jasad renikdan N akan kurng tersedia di tanah (Hakim, dkk,
1986).
Daftar
pustaka