Galery

Berikan seluruh cintamu pada seseorang tidaklah jaminan dia akan membalas cintamu. janganlah menginginkan balasan cinta. tunggulah sampai cinta berkembang dihatinya. namun bila tidak. berbahagialah dikarenakan cinta tumbuh dihatimu
Bersifatlah kau seperti bunga yang indah dipandang, Namun sukar untuk dipetik, Meskipun kau akan layu esok pasti kau akan mekar kembali Kembali indah dan harum semerbak menebar kasih sayang dan cinta. Sepi-sepi di hatiku seakan menari-nari di kedinginan malam. Bergetar kala rembulan menjelma dalam malam kuingin kasih yang indah dan kuingin senyuman yang tak pernah sirna. Adakah cinta untuk bintang yang selalu setia temani indahnya rembulan.
Get Widget

Sabtu, 03 Mei 2014

HUTAN DATARAN RENDAH

JAWABAN SOAL UJIAN MID SEMESTER
GENAP MATA KULIAH EKOLOGI TUMBUHAN

Dosen pemangku:                  Prima Wahyu Titisari, M.Si
        Diajukan Oleh:              MARIANA
NPM 116511718
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014




Pertanyaan:
1.         Buatlh defenisi lengkap tentang (a) populasi, (b) komunitas, (c)ekosistem. Lengkapi dengan penciri khas masing-masing ke 3 terminologi kunci ersebut!
2.         Jelaskan dengan menggunakan gambar atau diagram beerta penjelasan yang komprehensip tentang aspek klimatologis ekosistem yang akan anda kunjungi kelapangan pada wajtu pratikum nanti! ( Ekosistem hutan dataran rendah)
3.         Jelaskan dengan menggunakan gambar atau diagram beerta penjelasan yang komprehensip tentang aspek edaphis ekosistem yang akan anda kunjungi kelapangan pada waktu pratikum nanti !( Ekosistem hutan dataran rendah)

Jawab:
1)   Populasi, komunitas dan ekosistem.

A.  POPULASI
Setiap populasi makhluk hidup mengalami proses yang sama. Antara lain dia  mengemukakan tingkat fertilitas suatu organisme mungkin sangat tinggi, tetapi bahaya yang mengancam populasinya juga besar.
            Tarumingkeng (1994), Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok individu dalam satu spesies (atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang bersangkutan), dan pada waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu. Smith (1990) mendefinisikan populasi sebagai kelompok organisme spesies yang sama yang mengalami interbreeding . Krebs (2001) populasi adalah sekelompok organisme sejenis yang menempati ruang tertentu pada waktu tertentu.
Setiap populasi mengalami tiga fase sepanjang siklus hidupnya yaitu:
1) Tumbuh
2) Stabil
3) Menurun
            Populasi memiliki karakterisitik kelompok – statistical measure – yang tidak dapat diterapkan pada individu. Karakteristik dasar populasi yang banyak didiskusikan adalah kepadatan (density).
Karakteristik populasi

*Kepadatan
            Kepadatan populasi ialah besarnya populasi dalam hubungannya dengan suatu unit atau satuan ruangan
Faktor yang mempengaruhi kepadatan:
1.        Natalitas,
natalitas yaitu produksi individu-individu baru di dalam populasi melalui kelahiran, haching, germinasi atau pembelahan
2.         Mortalitas,
Mortalitas adalah jumlah individu dalam populasi yang mati selama periode waktu tertentu. Sebgaian besar organisme yang hidup di alam jarang pada kondisi optimum, sebagian besar hewan atau tumbuhan mati karena penyakit, predator, atau ancaman alamiah lain. Laju kematian populasi adalah jumlah individu dari suatu populasi yang mati dalam periode waktu tertentu (jumlah yang mati per satuan waktu). Laju kematian populasi nilainya negatif, karena merupakan kebalikan dari angka kelahiran. Nisbah antara angka kelahiran dan kematian disebut vital indeks yang dirumuskan dalam bentuk persentase (%)
3.        Imigrasi
Suatu pergerakan individu populasi ke dalam suatu daerah populasi dan individu tersebut meninggalkan daerah populasinya selanjutnya tinggal di tempat baru
4.        Emigrasi.
pergerakan individu ke luar dari tempat atau daerah populasinya ke tempat lainnya dan individu tersebut tinggal secara permanen di tempat beru tersebut.
.
            Jika laju kelahiran meningkat, maka laju kematian juga meningkat. Saat kepadatan populasi meningkat, kompetisi diantara anggota populasi dan kelangkaan sumberdaya menyebabkan laju kematian meningkat, laju kelahiran menurun atau keduanya Jika kepadatan populasi turun pada level terendah dan kemelimpahan sumberdaya kembali meningkat maka kepadatan populasi kembali meningkat dengan penurunan laju kematian dan peningkatan laju kelahiran atau kombinaskeduanya.
Gambar: populasi hutan magrove
A.  KOMUNITAS
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Macam-macam Komunitas:
(1) Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di kolam,
(2) Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir,
Karakter komunitas 
1)      Kualitatif,
Kualitatif seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2)      Kuantitatif,
Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit .
3)      Sintesis
Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.
Suksesi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.      Suksesi primer
yaitu bila ekosistem mengalami gangguan yang berat sekali, sehingga komunitas awal (yang ada) menjadi hilang atau rusak total, menyebabkan ditempat tersebut tidak ada lagi yang tertinggal dan akhirnya terjadilah habitat baru.
2.      Suksesi sekunder
yaitu prosesnya sama dengan yang terjadi pada suksesi primer, perbedaannya adalah pada keadaan kerusakan ekosistem atau kondisi awal pada habitatnya. Ekologi tersebut mengalami gangguan, akan tetapi tidak total, masih ada komunitas yang tersisa.
1.       Interaksi antar organisme
a.       Netral
Netral adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
b.      Predasi
Preadasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
c.        Parasitisme
Merupakan  hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. Contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang. 
d.      Komensalisme
merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
e.        Mutualisme
Muatualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
2.      Interaksi Antarpopulasi
a.       Alelopati
merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
b.      Kompetisi
merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
3.      Interaksi Antar Komunitas
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat. 
4.      Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu.
B.  EKOSISTEM
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar yang menyangkut proses interaksi organisme hidup dengan lingkungan mereka. Istilah tersebut pada mulanya diperkenalkan oleh A.G.Tansley pada tahun 1935. Setiap ekosistem memiliki enam komponen yaitu produsen, makrokonsumen, mikrokonsumen, bahan anorganik, bahan organik, dan kisaran iklim.
            Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut:
a.       Komponen autotrof (Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan).
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau. 
b.      Komponen heterotrof (Heteros = berbeda, trophikos = makanan).
Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Contoh: manusia, hewan, jamur, dan mikroba. 
c.       Bahan tak hidup (abiotik) Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. 
d.      Pengurai (dekomposer).Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur. 
* Macam-macam Ekosistem 
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut. 
1.    Ekosistem darat
            Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut. 
a.    Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun
è gersang
è curah hujan rendah (25 cm/tahun).
è Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C)
è malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C).
è di gurun dijumpai tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus
è Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking. 
b.    Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik kesubtropik. Ciri-ciri bioma padang rumput.
è curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun
è  hujan turun tidak teratur.
è Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat.
è Tumbuhan yang adalah tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan.
è Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
c.    Bioma Hutan Basah 
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.Ciri- ciri hutan basah:
è curah hujan 200-225 cm per tahun.
è Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya.
è Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi).
è Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C.
è Dalam hutan basah tropika tumbuhan khasnya, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit.
è Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan,harimau, dan burunghantu. 
d.    Bioma hutan gugur 
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang. Ciri-ciri bioma hutan gugur
è curah hujan merata sepanjang tahun.
è Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur).
è Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat.
è Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak). 
e.    Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya:
è suhu di musim dingin rendah.
è spesies yang tumbuh seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali.
è Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur. 
f.     Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.  Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam. 
2.        Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai. Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
     Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut. 
1.      Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis. 
2.      Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan. Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
a.       Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme. 
b.      Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut. 
1.      Planktonà fitoplankton dan zooplankton
2.      Nektonà ikan. 
3.      Neustonàserangga air.
4.      Perifitonà keong. 
5.      Bentosà cacing dan remis..
2)    Klimatologis Ekosistem Hutan Dataran Rendah
A.    Pengertian
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari atau menyelidiki tentang iklim. Yang dimaksud dengan iklim adalah keadaan cuaca pada suatu daerah tertentu pada jangka waktu yang panjang. Sedangkan cuaca adalah keadaan atmosfer pada suatu waktu (Wikipedia, 2013).
Menurut Elfis (2010) unsur-unsur klimatologis terdiri dari :
•      Tanah
•      Curah Hujan
•      Angin
•      Cahaya matahari
•      Temperatur
•      Lengas udara
Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena iklim mempunyai peranan yang besar terhadap berbagai bidang kehidupan manusia sehari-hari.
Menurut ahli silvika, pengertian hutan adalah suatu assosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan ahli ekologi mengartikan hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan. Pengertian hutan bagi seorang ahli kehutanan adalah bahwa hutan merupakan komunitas biologi yang didominasi oleh pohon-pohonan tanaman keras. Sedangkan menurut Undang-Undang No.5 tahun 1967, hutan diartikan sebagai lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara menyeluruh merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Kumpulan pohon-pohon yang dikategorikan sebagai hutan jika sekelompok pohon-pohon tersebut mempunyai tajuk-tajuk yang rapat. Karena hutan diartikan sebagai suatu assosiasi, maka antara jenis pohon yang satu dan jenis pohon yang lain yang terdapat di dalamnya akan saling tergantung. 
Di dalam hutan akan terjadi pula persaingan antar anggota-anggota yang hidup saling berdekatan. Hutan merupakan suatu ekosistem natural yang telah mencapai keseimbangan klimaks dan merupakan komunitas tetumbuhan paling besar yang mampu pulih kembali dari perubahan-perubahan yang dideritanya, sejauh tidak melampaui batas-batas yang dapat ditoleransi. Hutan bukan semata-mata kumpulan pohon-pohon yang hanya dieksploitasi dari hasil kayunya saja, tetapi hutan merupakan persekutuan hidup alam hayati atau suatu masyarakat tumbuhan yang kompleks yang terdiri atas pohon-pohon, semak, tumbuhan bawah, jasad renik tanah, hewan, dan alam lingkungannya.
Hutan dataran rendah
Hutan dataran rendah merupakan hutan yang tumbuh di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 - 1200 m. Hutan hujan tropis yang ada wilayah Dangkalan Sunda seperti di Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan termasuk hutan dataran rendah.
Menurut Schmidt dan Ferguson, kawasan ini mempunyai curah hujan 2.500-3.000 mm/tahun, Sedangkan rata-rata temperatur bulanan berada di atas 18 °C (64 °F) di sepanjang tahun dengan musim kemarau pada bulan April-November,dan tanah yang subur atau relatif subur, kering (tidak tergenang air dalam waktu lama), dan tidak memiliki musim kemarau yang nyata (jumlah bulan kering < 2).
Hutan dataran rendah Sumatera memiliki keanekaragaman hayati yang terkaya di dunia. Sebanyak 425 jenis atau 2/3 dari 626 jenis burung yang ada di Sumatera hidup di hutan dataran rendah bersama dengan harimau Sumatera, gajah, tapir, beruang madu dan satwa lainnya. Selain itu, di hutan dataran rendah Sumatera juga ditemukan bunga tertinggi di dunia (Amorphophallus tittanum) dan bunga terbesar di dunia (Rafflesia arnoldi).
        

B.       Karakteristik ekologis
Karakteristik hutan dataran rendah yang sering basah membuat mudah dijumpai tumbuhan pemanjat, pohon-pohon penahan, meratanya ketinggian pepohonan, batang pohon terasa licin, berdaun lebar. Daunnya yang meruncing berfungsi sebagai jalan air agar segera terbuang sehingga tidak memberi kesempatan tumbuhan epifit di daun tumbuh.
Lapisan pepohonan di hutan dibagi menjadi tiga yakni zona eufotik, oligofotik dan akar. Zona eufotik terdiri dari kanopi pepohonan yang banyak menerima cahaya matahari. zona oligofotik terletak mulai dari batas bawah kanopi pepohonan hingga lantai hutan. Sesuai namanya, zona akar berada di dalam tanah hutan yang meliputi sistem perakaran pepohonan .
 
Akar-akar pepohonan harus bersaing dengan organisme lainnya seperti jamur, bakteri dan invertebrata untuk mendapatkan senyawa karbon organik dan nutrisi hara. Terkadang terjadi simbiosa diantara organisme tersebut. Akar dan jamur dapat berinterksi sama-sama menguntungkan dengan cara membentuk mikoriza. Batang merupakan bagian pohon yang tumbuh vertikal. Sedangkan cabang merupakan bagian pohon yang tumbuh menyamping (horizontal). Hal yang perlu diketahui tentang batang dan cabang ini di hutan dataran rendah yakni tinggi batang bebas cabang dan prosentasi penutupan cabang dalam satu pohon.
Tanaman pemanjat sangat melimpah di hutan dataran rendah. Tanaman pemanjat memiliki pengait sehingga dapat mencapai kanopi pohon. Contohnya rotan. Tanaman pemanjat berkompetisi dengan pohon untuk mendapatkan cahaya, nutrisi dan air. Tanaman perambat menempelkan akarnya pada batang dan cabang pohon. Tanaman perambat juga memiliki sifat sama dengan tanaman pemanjat. Oleh karena itu, kedua kelompok tanaman ini dapat merusak secara mekanis terhadap pepohonan. Tanaman yang hidupnya menempel di batang dan cabang pohon tanpa merugikan pohon itu sendiri disebut epifit. Akar tanaman epifit tidak sampai menembus jaringan dalam pohon. Tanaman epifit memperoleh nutrisi hara yang menempel di perakaran. Contoh tanaman epifit yaitu anggrek, paku sarang burung. Tanaman epifil yaitu tanaman yang hidup di atas daun. Contoh tanaman epifil yaitu lumut, lumut hati, lumut kerak.
Dinamika
Terdapat tiga prinsip dasar suksesi primer dan sekunder. Suksesi yang terjadi satu arah yakni adanya pertumbuhan cepat dari jenis-jenis tertentu, jenis koloni yang toleran digantikan oleh jenis yang pertumbuhannya lambat dengan persyaratan yang lebih khusus serta persaingan yang tinggi.  kehadiran koloni jenis baru pada area tertentu yang mengubah lingkungan sekitarnya. Adanya perubahan tempat tumbuh yang kurang sesuai untuk anakan jenis tertentu, tetapi sesuai untuk anakan jenis lainnya. Siklus perkembangan hutan dibagi jadi tiga tahap yakni kosong, pengembangan dan matang. Tahap-tahap ini tidak selalu berurutan, akan tetapi bisa terjadi bolak-balik tahapan sebelum sampai tahap matang. Dalam siklus perkembangan hutan, peran hewan, geologi, iklim berpengaruh besar pada pertumbuhan pepohonan.
Tahap pertama dalam siklus hara yaitu jatuhnya dedaunan dan bagian-bagian pohon ke lantai hutan. Proses dekomposisi terjadi di permukaan tanah dan dalam tanah. Serasah yang jatuh ke lantai hutan memberi kontribusi besar pada proses dekomposisi dibandingkan bagian-bagian pohon lain. Hasil proses dekomposisi menghasilkan banyak unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh hewan dan tumbuhan. Sayangnya pada saat hujan, unsur-unsur hara ini mudah terbawa oleh air hujan. Oleh karena itu, di hutan dataran rendah, kandungan unsur-unsur hara dalam tanah relatif miskin.
Produksi bunga, buah dan daun bervariasi menurut jenis pohonnya. Ada bunga yang bermunculan setiap tahun, kemudian berbuah. Ada jenis pohon yang harus menggugurkan daun di saat musim kemarau. Ada pula jenis pohon yang berbunga dan berbuah setiap interval tiga atau empat tahun. Variasi produksi bunga, buah dan daun ini menjadi indikator tingkat kandungan unsur-unsur hara, air dan hasil proses fotosintesa tumbuhan. Pada jenis ara, pohon ini terlihat hijau terus oleh dedaunan walaupun di musim kemarau.
Daun terdiri dari selulosa, karbohidrat kompleks dan mineral. Pencernaan hewan pemamah biak membutuhkan bantuan mikroorganisme probiotik untuk memecah senyawa-senyawa organik tersebut menjadi energi dan ion-ion yang dibutuhkan oleh tubuh. Pemecahan senyawa organik melalui proses fermentasi.
Proses penyebaran biji dari buah-buah yang matang di pohon tidaklah sesederhana yang dibayangkan, karena melibatkan peran hewan-hewan di dalam hutan dataran rendah. Penyebaran biji via hewan memungkinkan jatuh ke tempat yang sesuai untuk berkecambah, tumbuh dan berreproduksi kembali. Hewan-hewan frugivora memakan buah-buah yang matang, masuk dalam pencernaan, kemudian biji keluar bersama feses. Biji yang keluar bersama feses dan dapat berkecambah merupakan biji yang berkualitas tinggi. Karena selama di dalam pencernaan hewan tersebut telah terjadi proses fermentasi oleh bakteri, jamur renik dan terjadi proses seleksi alamiah diantara biji yang jelek dan baik. Agen penyebaran biji dapat dilakukan juga oleh angin, air dan manusia.
Komposisi hutan dataran rendah
Komposisi hutan dataran rendah yang pada fase matang didominasi oleh pohon-pohon keras, berdaun lebar, berbunga. Golongan pohon-pohon ini antara lain dari family meranti-merantian (Dipterocarpaceae), beringin-beringinan (Moraceae), palem-paleman (Palmae) dll. Beberapa jenis pohon dari golongan tumbuhan deciduous (yang dapat menggugurkan daun di saat musim kemarau) seperti mahoni, jati. Pada fase rintisan, jenis-jenis pohon yang mendominasi antara lain; pisang-pisangan, rerumputan, beringin-beringinan, polong-polongan. Pada tahap lebih lanjut diperkaya oleh jenis tumbuhan beringin-beringinan, macaranga, antocephalos, pohon polong-polongan dll.
Komunitas hewan
Hewan invertebrata yang berhasil ditemukan di hutan dataran rendah dapat mencapai 2.579 individu permeter persegi. Kelompok pengurai dan rayap (62%), cacing tanah (4%), kumbang (3%) dan semut-semut predator (20%). Hewan invertebrata ini berperan sebagai dekomposer biomassa di lantai hutan yang bermanfaat dalam siklus hara dan energi bagi komunitas hewan lainnya.
Komunitas hewan di lantai hutan yakni hewan-hewan yang sebagian besar aktivitasnya berada di atas tanah untuk berjalan dan mencari makan. Komunitas hewan ini antara lain; jenis serangga kumbang tanah, kepiting, katak, hewan pemamah (sapi, kancil, landak dll), hewan predator (macan, ular).Komunitas hewan yang berada di antara kanopi pepohonan (zona eufotik dan oligofotik) antara lain berbagai jenis burung, serangga peterbang, cicak pohon, mamalia peterbang, ular pohon. Hewan-hewan ini sudah memodifikasi bagian-bagian tubuhnya untuk dapat merayap, melekat, terbang di antara pepohonan.
Pada umumnya, keanekaragaman jenis-jenis hewan di hutan pada fase pionir lebih rendah dibandingkan dengan di hutan pada fase matang. Misal, jenis mamalia di hutan primer lebih banyak dibandingkan di hutan pionir. Tetapi ada anomali kelimpahan dan populasi pada kelompok hewan tertentu. Pada fase pionir pada jenis hewan tertentu memiliki populasi dan keanekaragaman jenis yang besar dibanding di hutan pada fase matang walaupun spesiesnya sama. Misalnya saja, burung-burung di tepian hutan pionir lebih melimpah baik jenis dan populasinya dibanding di hutan primer.
C.     Tumbuhan Penyusun Hutan Hujan Tropis
Tumbuhan utama penyusun hutan hujan tropis yang basah (lembab), biasanya terdiri atas tujuh kelompok utama, yaitu:

a.      Pohon-pohon Hutan
Pohon-pohon ini merupakan komponen struktural utama, kadang-kadang untuk mudahnya dinamakan atap atau tajuk (canopy). Kanopi ini terdiri dari tiga tingkatan, dan masing-masing tingkatan ditandai dengan jenis pohon yang berbeda. Tingkatan A merupakan tingakatan tumbuhan yang menjulang tinggi, dengan ketinggian lebih dari 30 meter. Pohon-pohonnya dicirikan dengan jarak antar pohon yang agak berjauhan dan jarang merupakan suatu lapisan kanopi yang bersambung. Tingkatan B merupakan tumbuhan dengan ketinggian antara 15-30 meter. Kanopi pada tingkatan ini merupakan tajuk-tajuk pohon yang bersifat kontinu (bersambung) dan membentuk sebuah massa yang dapat disebut sebagai sebuahatap (kanopi). Sedangkan tingkatan C merupakan tumbuhan dengan ketinggian antara 5-15 meter. Tingkatan ini dicirikan dengan bentuk pohon yang kecil dan langsing, serta memiliki tajuk yang sempit meruncing. Tingkatan-tingkatan kanopi hutan hujan tropis sebenarnya sukar sekali dtentukan secara pasti. Hal ini disebabkan oleh ketinggian pohon yang tidak seragam seperti telah disebutkan dalam pembagian tingkatan di atas. Pengamatan tingkatan kanopi di atas hanyalah bersifat kausal saja.
b.      Terna
Pada bagian hutan yang kanopinya tidak begitu rapat, memungkinkan sinar matahari dapat tembus hingga ke lantai hutan. Pada bagian ini banyak tumbuh dan berkembang vegetasi tanah yang berwarna hijau yang tidak bergantung pada bantuan dari luar. Tumbuhan yang demikian hidup dalah iklim yang lembab dan cenderung bersifat terna seperti paku-pakuan dan paku lumut (Selagenella spp.) dengan bagian dindingnya sebagian besar terdiri dari tumbuhan berkayu. Terna dapat membentuk lapisan tersendiri, yaitu lapisan semak-semak (D), terdiri dari tumbuhan berkayu agak tinggi. Lapisan kedua yaitu semai-semai pohon (E) yang dapat mencapai ketinggian 2 meter.
Lapisan semak-semak sering mencakup beberapa terna besar sepertiScitamineae (pisang, jahe, dll.) yang tingginya dapat melebihi 5 meter. Meskipun kondisi iklim mikronya panas dan lembab, namun perkembangan terna dalam wilayah hutan hujan tropis kurang baik. Hal ini disebabkan kurangnya pencahayaan matahari untuk membantu proses fotosintesisnya. Persebaran terna yang baik terdapat pada wilayah terbuka dengan air yang cukup melimpah atau pada tebing-tebing terjal, dimana sinar matahari leluasa mencapai lantai hutan.
c.        Tumbuhan Pemanjat
Tumbuhan ini bergantung dan menunjang pada tumbuhan utama dan memberikan hiasan utama pada hutan hujan tropis. Tumbuhan pemanjat ini lebih dikenal dengan sebutanLiana. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik, besar dan banyak, sehingga mampu memberikan salah satu sifat yang paling mengesankan dari hutan hujan tropis. Tumbuhan ini dapat berbentuk tipis seperti kawat atau berbentuk besar sebesar paha orang dewasa. Tumbuhan ini seperti menghilang di dalam kerimbunan dedaunan atau bergantungan dalam bentuk simpul-simpul tali raksasa (ingat dalam film Tarzan, the Adventure). Sering pula tumbuhan ini tumbuh di percabangan pohon-pohon besar. Beberapa diantaranya dapat mencapai panjang sampai 200 meter.
d.      Epifita
Tumbuhan ini tumbuh melekat pada batang, cabang atau pada daun-daun pohon, semak, dan liana. Tumbuhan ini hidup diakibatkan oleh kebutuhan akan cahaya matahari yang cukup tinggi. Beberapa dari tipe ini hidup di atas tanah pada pohon- pohon yang telah mati. Tumbuhan ini pada umumnya tidak menimbulkan pengaruh buruk terhadap inang yang menunjangnya. Tumbuhan ini pun hanya memainkan peran yang kurang berarti dalam ekonomi hutan.
Namun demikian, epfita memainkan peranan penting dalam ekosistem sebagai habitat bagi hewan. Epifit pun memainkan peranan penting dan sangat menarik untuk menunjukkan adaptasi struktural terhadap habitatnya. Jumlah jenisnya lebih beraneka ragam, biasanya melibatkan kekayaan jenis-jenis tumbuhan spora, baik dari golongan yang rendah maupun paku-pakuan dan tumbuhan berbunga termasuk diantaranya semak-semak. Kehadiran epifit dalam ukuran yang luas lagi digunakan untuk membedakan antara hutan hujan tropis dengan komunitas hutan di daerah iklim sedang.
e.       Pencekik Pohon
Tumbuhan pencekik memulai kehidupannya sebagai epifita, tetapi kemudian akar- akarnya menancap ke tanah dan tidak menggantung lagi pada inangnya. Tumbuhan ini sering membunuh pohon yang semula membantu menjadi inangnya. Tumbuhan pencekik yang paling banyak dikenal dan melimpah jumlahnya, baik dari segi jenis ataupun populasinya, adalahFircus spp. yang memainkan peranan penting baik dalam ekonomi maupun fisiognomi hutan hujan tropis. Biji-biji dari tumbuhan pencekik ini berkecambah diantara dahan-dahan pohon besar yang tinggi atau semak yang merupakan inangnya. Pada stadium ini tumbuhan pencekik masih berupa epifit, namun akar-akarnya bercabang-cabang dan menujam ke bawah melalui batang- batang inangnya hingga mencapai tanah. Kemudian batang-batang pohon itu tertutup dan terjalin oleh akar-akar tumbuhan pencekik dengan sangat kuat. Setelah beberapa waktu tertentu inang pohon pun akan mati dan membusuk meninggalkan pencekiknya. Sementara itu tajuk tumbuhan pencekik menjadi besar dan lebat.
f.       Saprofita
Tipe tumbuhan ini mendapatkan zat haranya dari bahan organik yang telah mati bersama-sama denganparasit-parasit. Tumbuhan ini merupakan komponen heterotrof yang tidak berwarna hijau di hutan hujan tropis. Jenis tumbuhan ini terdiri atas cendawan atau jamur (fungi), dan bakteri. Tumbuhan ini dapat membantu terjadinya penguraian organik, terutama yang hidup di dekat permukaan lantai hutan. Namun beberapa jenis anggrek tertentu, suku Burmanniaceae dan Gentianaceae, jenis-jenis Triuridaceae dan Balanophoraceae yang sedikit mengandung klorofil dapat hidup dengan cara saprofit yang sama. Tumbuhan ini banyak ditemukan pada lantai hutan yang memiliki rontokkan daun-daun yang cukup tebal dan terjadi pembusukkan yang nyata. Tumpukan dedaunan tersebut dapat dijumpai pada rongga-rongga atau sudut-sudut diantara akar-akar banir pohon-pohon.
g.      Parasit
Jenis tumbuhan ini biasanya mengambil unsur hara dari pohon inangnya untuk kelangsungan hidupnya. Tumbuhan ini hidupnya hanya untuk merugikan tumbuhan inangnya. Tumbuhan ini dapat berupa cendawan dan bakteria yang digolongkan dalam 2 sinusia penting. Pertama adalah parasit akar yang tumbuh di atas tanah dan yang kedua adalah setengah parasit (hemiparasit) yang tumbuh seperti epifita di atas pohon. Parasit akar jumlahnya sangat sedikit dan tidak seberapa penting artinya, namun bila dikaji secara mendalam akan sangat menarik sekali. Hemiparasit yang bersifat seperti epifit jenisnya sangat banyak sekali dan jumlahnyanya pun melimpah ruah serta banyak dijumpai di seluruh hutan hujan tropis. Kebanyakan hemiparasit adalah dari suku benalu (Loranthaceae).

D.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Hutan Hujan Tropis
Produktivitas merupakan parameter ekologi yang sangat penting. Produktivitas ekosistem adalah suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh kumulatif dari banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam ekosistem. Jika produktivitas pada suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika terjadi perubahan yang dramatis, maka menunjukkan telah terjaDI perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di antara organisme-organisme yang menyusun ekosistem.
Produktivitas khususnya di wilayah tropis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah:
a.      Suhu dan cahaya matahari
Wilayah hutan dataran rendah menerima lebih banyak sinar matahari tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan wilayah iklim sedang. Hal ini disebabkan oleh 3 faktor: (1) Kemiringan poros bumi menyebabkan wilayah tropika menerima lebih banyak sinar matahari dibanding pada atmosfer luarnya dibanding dengan wilayah iklim sedang. (2) Lewatnya sinar matahari pada atmosfer yang lebih tipis (karena sudut yang lebih tegak lurus di daerah tropika), mengurangi jumlah sinaran yang diserap oleh atmosfer. Di wilayah hutan hujan tropis, 56% sampai dengan 59 % sinar matahari pada batas atmosfer dapat sampai di permukaan tanah. (3) Masa tumbuh, yang terbatas oleh keadaan suhu adalah lebih panjang di daerah hutan hujan tropis (kecuali di tempat-tempat yang sangat tinggi)
Suhu yang tinggi dan konstan hampir sepanjang tahun dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuh-tumbuhan akan berlangsung lama, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas tumbuhan.
b.      Curah Hujan
Di daerah hutan hujan tropis jumlah curah hujan per tahun berkisar antara 1600 sampai dengan 4000 mm  dengan sebaran bulan basah 9,5-12 bulan basah. Kondisi ini menjadikan wilayah ini memiliki curah hujan yang merata hampir sepanjang tahun yang akan sangat mendukung produktivitas.
Walaupun memberi dampak positif bagi produktivitas vegetasi menurut Resosoedarmo et al., (1986) curah hujan yang tinggi akan menyebabkan tanah- tanah yang tidak tertutupi oleh vegetasi rentan sekali terhadap pencucian yang akan mengurangi kesuburan tanah dengan cepat. Barbour et al, (1987) mengatakan bahwa sebagai salah satu faktor siklus hara dalam sistem, pencucian adalah penyebab utama hilangnya hara dari suatu ekosistem. Hara yang mudah sekali tercuci terutama adalah Ca dan K.
c.       Interaksi Antara Suhu dan Curah Hujan
Interaksi antara suhu yang tinggi dan curah hujan yang banyak yang berlangsung sepanjang tahun menghasilkan kondisi kelembapan yang sangat ideal bagi vegetasi hutan hujan tropis untuk meningkatkan produktivitas. Warsito (1999) menjelaskan bahwa kelembapan atmosfer merupakan fungsi dari lamanya hari hujan, terdapatnya air yang tergenang, dan suhu. Sumber utama air dalam atmosfer adalah hasil dari penguapan dari sungai, air laut, dan genangan air tanah lainnya serta transpirasi dari tumbuhan. Menurut Jordan (1995) tingginya kelembapan pada gilirannya akan meningkatkan laju aktivitas mikroorganisme. Selain itu, proses lain yang sangat dipengaruhi oleh proses ini adalah pelapukan tanah yang berlangsung cepat. Pelapukan terjadi ketika hidrogen dalam larutan tanah bereaksi dengan mineral-mineral dalam tanah atau lapisan batuan, yang mengakibatkan terlepas unsur-unsur hara . Hara-hara ini ada yang dapat dengan segera diserap oleh tumbuhan
d.      Produktivitas Serasah
Produktivitas serasah di hutan hujan tropis adalah juga yang tertinggi di banding dengan wilayah-wilayah lain. Oleh karena produktivitas serasah yang tinggi maka akan memberikan keuntungan bagi vegetasi untuk meningkatkan produktivitas karena tersedianya sumber hara yang banyak.
e.       Tanah.
Tanah adalah faktor di daerah tropis yang mendukung tingginya produktivitas yang tinggi. Tanah di hutan hujan tropis adalah tanah yang berumur sangat tua, kecuali tanah vulkanik. Periode Pleistocene tidak berpengaruh sama sekali pada tanah disini, dan kemungkinan besar tanah disini berasal dari periode Tertiary.
f.       Herbivor
Herbivora adalah faktor biotik yang mempengaruhi produktivitas vegetasi.Sekitar 10 % dari produktivitas vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh herbivorabiofag. Persentase ini bervariasi menurut tipe ekosistem darat (Barbour at al.,1987). Oleh karena produktivitas yang tinggi, maka dapat di antisipasi adanya potensi yang tinggi untuk terjadi serangan insekta. Namun, sedikit bukti yang ada sekurang-kurangnya di hutan yang tumbuh secara alami, adanya serangan insektapada areal berskala luas. Banyak pohon mengembangkan alat pelindung terhadap herbivora melalui produksi bahan kimia tertentu yang jikadikonsumsi oleh herbivora memberi efek yang kurang baik bagi herbivora.

E.     IKLIM HUTAN HUJAN TROPIS
Atmosfir bumi merupakan lapisan tipis gas yang mengelilingi planet padat. Jika membahas tentang cuaca, yang dibicarakan adalah tentang keadaan atmosfir pada situasi dan  tempat tertentu. Ada enam unsur cuaca: tekanan udara, suhu, angin, hujan, awan,  dan kelembaban. Bersama, unsur-unsur ini membuat kondisi atmosfir secara keseluruhan yang disebut “cuaca”. Dari waktu ke waktu, unsur-unsur  cuaca ini berkombinasi membentuk iklim.
Iklim adalah suatu pola yang umum dari cuaca yang terjadi di daerah tertentu dalam kurun waktu bertahun-tahun. Iklim mendasari penyebaran bioma-bioma bumi, seperti telah dibahas sebelumnya, iklim menentukan sifat alami tanaman dan kehidupan hewan di lokasi tertentu menunjukkan dunia terbagi ke dalam wilayah-wilayah iklim berdasar atas suhu rata-rata tahunan. Suhu tertinggi berada pada garis lintang yang paling dekat dengan garis katulistiwa, pada daerah beriklim tropis). Pada daerah beriklim tropis, suhu sedikit bervariasi sepanjang tahun dan rata-rata lebih dari 18°C (atau 64°F) bahkan di bulan yang paling dingin. Pada pertengahan garis lintang, di daerah iklim sedang, suhu tidak sangat panas maupun sangat dingin

F.      Iklim Mikro Dan Makro
Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi iklim setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap kenikmatan (fisik) dan kenyamanan (rasa) pemakai di sebuah ruang bangunan. Sedangkan iklim makro adalah kondisi iklim pada suatu daerah tertentu yang meliputi area yang lebih besar dan mempengaruhi iklim mikro. Iklim makro dipengaruhi oleh lintasan matahari, posisi dan model geografis, yang mengakibatkan pengaruh pada cahaya matahari dan pembayangan serta hal-hal lain pada kawasan tersebut, misalnya radiasi panas, pergerakan udara, curah hujan, kelembaban udara, dan temperatur udara.
Sistem lingkungan membentuk bangunan (buildings as a modifier, or climate modifier). Modifier merupakan cara mengatasi iklim dengan mempergunakan teknologi tepat guna. Modifier adalah barang buatan yang mampu membuat iklim mikro yang nyaman bagi manusia.
Cara mengelola/memanfaatkan iklim makro
1.      Membuka jendela pada utara–selatan
2.      Pohon perdu diletakkan di timur, sebab angin pada bulan Maret-September kering (tidak membawa uap air), sehingga tidak lembab.
3.      Kamar mandi sebaiknya ditaruh di sebelah barat saja agar cepat kering (tidak lembab)
4.      Angin yang baik adalah yang lewat depan/samping (posisi bangunan tidak membelakangi angin). Angin dari bawah dan atas tidak baik.
    
Iklim mikro dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1.  Orientasi bangunan
2.  Ventilasi (lubang-lubang pembukaan di dalam ruang untuk masuknya      penghawaan)Sun shading (penghalang cahaya matahari)
3.  Pengendalian kelembaban udara
4.  Penggunaan bahan-bahan bangunan
5.   Bentuk dan ukuran ruang
6.   Pengaturan vegetasi

G.    Penyabab Terjadinya Perubahan Iklim
Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi (Las, 2007). IPCC (2007) dalam Noordwijk (2008). telah memberikan banyak bukti kuat secara ilmiah bahwa iklim global telah berubah pada tingkatan yang cukup besar sepanjang sejarah geologi. Perubahan tersebut terjadi karena adanya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, terutama tersusun dari gas-gas CO2, CH4 dan N2O.
Gas rumah kaca utama yang terus meningkat adalah karbon dioksida (CO2). Sebagian dari karbon dioksida ini dapat diserap kembali, antara lain melalui proses fotosintesis yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan tanaman atau pohon. Namun, kini kebanyakan negara memproduksi karbon dioksida secara jauh lebih cepat ketimbang kecepatan penyerapannya oleh tanaman atau pohon, sehingga konsentrasinya di atmosfer meningkat secara bertahap. Ada beberapa gas rumah kaca yang lain. Salah satunya adalah metan (CH4), yang dapat dihasilkan dari lahan rawa dan sawah serta dari tumpukan sampah dan kotoran ternak. Gas-gas rumah kaca lainnya, meski jumlahnya lebih sedikit, antara lain adalah nitrogen oksida (N2O) dan sulfur heksaflorida (SF6) (United Nations Development Programme Indonesia, 2007).
Beberapa jenis gas di atmosfir, seperti CO2, CH4, dan N2O mempengaruhi iklim permukaan bumi karena kemampuanya dalam membantu proses transmisi radiasi dari matahari ke permukaan bumi, dan juga menghambat keluarnya sebagian radiasi dari permukaan bumi. Kalau konsentrasi dari gas-gas ini di atmosfir meningkat, radiasi yang keluar dari permukaan bumi akan terhambat, sehingga suhu permukaan bumi bertambah besar. Prediksi peningkatan suhu bumi bukanlah suatu hal yang mudah iklim di suatu daerah merupakan hasil interaksi dari proses-proses fisika dan mekanik yang saling berhubungan. Peningkatan suhu, akan menyebabkan peningkatan evapotranspirasi yang berdampak pada meningkatnya konsentrasi.
Apabila konsentrasi dari gas-gas ini di atmosfir meningkat, radiasi yang berupa uap air, H2O(gas). Uap air juga merupakan gas penghambat keluarnya radiasi dari permukaan bumi, sementara di lain pihak keberadaan uap air tersebut juga menimbulkan umpan balik negatif karena peningkatan pertumbuhan awan, menyebabkan terhambatnya transmisi radiasi matahari ke permukaan bumi (Syarifuddin, 2011).
Aktifitas-aktifitas yang menghasilkan GRK adalah perindustrian, penyediaan energi listrik, dan transportasi. Sedangkan dari peristiwa secara alam juga menghasilkan/ mengeluarkan GRK seperti dari letusan gunung berapi, rawa-rawa, kebakaran hutan, peternakan hingga kita bernafaspun mengeluarkan GRK. Komposisi dan konsentrasi gas rumah kaca yang berada di lapisan atmosfer akan sangat bergantung dari gas-gas emisi yang dihasilkan berbagai kegiatan manusia dalam merekayasa sistem tatanan ekologi di planet ini (Hamid, 2009).
United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) mengklasifikasi enam jenis gas yang dapat menyerap radiasi matahari di lapisan atmosfer yaitu Karbondioksida (CO2), Dinitroksida (NO2), Metana (CH4), Sulfurheksaflorida (SF6), Perfluorokarbon (PFCs) dan hidrofluorokarbon (HFCs). Gas karbondioksida (CO2), dinitrooksida (NO2) dan metana (CH4) terutama dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil di sektor energi, transportasi dan industri. Gas metana (CH4) juga dihasilkan dari kegiatan pertanian dan peternakan. Sementara untuk gas sulfurheksaflorida (SF6), perflorokarbon (PFCs) dan hidroflorokarbon (HFCs) dihasilkan dari industri pendingin dan penggunaan aerosol (partikel kecil/debu) (Hamid, 2009).

H.    Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu: (1) naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, (2) berubahnya pola curah hujan, (3) makin meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti El-Nino dan La-Nina, dan (4) naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara. (Direktorat Pengelolaan Air, 2009).
1.      Dampak Peningkatan Konsentrasi CO2 di Atmosfer.
Gas CO2 merupakan sumber karbon utama bagi pertumbuhan tanaman. Konsentrasi CO2 di atmosfir saat ini belum optimal, sehingga penambahan CO2 kepada tanaman di dalam industri pertanian di dalam rumah kaca merupakan kegiatan normal untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti tomat, selada, timun dan bunga potong. Pengaruh fisiologis utama dari kenaikan CO2 adalah meningkatnya laju assimilasi (laju pengikatan CO2 untuk membentuk karbohidrat,fotosintesis) di dalam daun. Efisiensi penggunaan faktor-faktor pertumbuhan lainnya (seperti radiasi matahari, air dan nutrisi) juga akan ikut meningkat.
Selain pengaruh positif terhadap proses fotosintesis, kenaikan CO2 juga akan mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan air oleh tanaman. Stomata mempunyai fungsi sebagai pintu gerbang masuknya CO2 dan keluarnya uap air ke/dari daun. Besar kecilnya pembukaan stomata merupakan regulasi terpenting yang dilakukan oleh tanaman, dimana tanaman berusaha memasukkan CO2 sebanyak mungkin tetapi dengan mengeluarkan H2O sesedikit mungkin, untuk mencapai effisiensi pertumbuhan yang tinggi. Jika CO2 di atmosfir meningkat, tanaman tidak membutuhkan pembukaan stomata maksimum untuk mencapai konsentrasi CO2 optimum di dalam daun, sehingga laju pengeluaran H2O dapat dikurangi. Dengan kondisi tersebut maka laju pembentukan biomassa akan meningkat (Syarifuddin, 2011).
Efek langsung dari meningkatnya CO2, berdampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sebagaimana dijelaskan diatas. Akan tetapi dampak pengikutan berupa peningkatan suhu dan perubahan siklus hidrologi menyebabkan pengaruh positif dari kenaikan CO2 menjadi berkurang atau terhambat sama sekali (Munawar, 2010).
2.      Naiknya Suhu Udara yang Juga Berdampak Terhadap Unsur Iklim Lain.
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu udara dipengaruhi oleh radiasi yang diterima di permukaan bumi sementara tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah. Umumnya laju metabolisme makhluk hidup akan bertambah dengan meningkatnya suhu hingga titik optimum tertentu. Beberapa proses metabolisme tersebut antara lain bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat: baik secara fisik maupun kimia, menurunnya aktifitas enzim (enzim terdegradasi)
Pengaruh peningkatan suhu dapat mengurangi atau bahkan mengurangi dampak positif yang diberikan dari meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfir. Peningkatan suhu disekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah (kadar air tanah) akibat evaporasi. Hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas tanahnya terbatas.
Dampak peningkatan suhu terhadap tanaman pangan menurut Las (2007) adalah terjadinya peningkatan transpirasi yang menurunkan produktivitas, peningkatan konsumsi air, percepatan pematangan buah/biji yang menurunkan mutu hasil, dan perkembangan beberapa organisme pengganggu tanaman. Bahkan dirjen IRRI (International Rice Researh Institute) menyatakan bahwa dengan peningkatan suhu udara rata-rata 1°C dapat menurunkan produktivitas beras dunia sekitar 5-10 %.
Peningkatan temperatur dapat menyebabkan penurunan produksi pada berbagai jenis tanaman pangan, Menurut Tang et al., (2006) dan Weerakoon et al., (2008), Pada tanaman padi, fase pembentukan malai sangat sensitif terhadap temperatur tinggi. Selama tahap ini, stress akibat panas sangat memungkinkan untuk terjadinya sterilitas floret, menurunnya kesuburan dan kehilangan hasil. Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya aktifitas serta perkecambahan polen, terbatasnya pertumbuhan tabung polen, rendahnya daya dehiscence polen dan penyerbukan yang tidak sempurna.
Di samping itu temperatur juga secara langsung berperan terhadap perkembangan biji seperti pengisian biji dan laju produksi bahan kering pada biji (Kobata dan Uemuki, 2004) Temperatur tinggi dapat menghambat perkembangan biji pada padi (Zakaria et al., 2002) gandum (Hawker dan Jenner, 1993).
Peningkatan temperatur selama kemasakan juga dapat menyebabkan penurunan kualitas biji terutama yang diakibatkan oleh terhambatnya akumulasi cadangan makanan pada biji (Zakaria, 2005). Munculnya bagian “putih buram” yang biasanya di dapatkan pada bagian gabah yang kurang sempurna pada musim panas diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan sistem transfer dan transportasi cadangan makanan selama pembentukan biji. Bagian putih buram ini adalah bagian dari kerusakan yang disebabkan oleh temperatur tinggi selama kemasakan.
3.      Berubahnya Pola Curah Hujan.
Perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya perubahan jumlah hujan dan pola hujan yang mengakibatkan pergeseran awal musim dan periode masa tanam. Penurunan curah hujan telah menurunkan potensi satu periode masa tanam padi (Runtunuwu dan Syahbuddin, 2007). Dampak perubahan pola hujan diantaranya mempengaruhi waktu dan musim tanam, pola tanam, degradasi lahan, kerusakan tanaman dan produktivitas, luas areal tanam dan areal panen, serta perubahan dan kerusakan keanekaragaman hayati.
I.       Upaya Antisipasi Dari Dampak Perubahan Iklim
Untuk menekan dampak yang negatif akibat kejadian ekstrim atau penyimpangan iklim, maka peningkatan kemampuan antisipasi sangat diperlukan. Menurut Boer (2003) pengamatan terhadap data anomali produksi padi nasional dari tahun 1979-1997 menunjukkan bahwa penurunan produksi akibat iklim ekstrim (penyimpangan iklim) cendrung meningkat (Gambar 3). Hal ini ditunjukkan oleh semakin melebarnya perbedaan antara anomali produksi tahun-tahun ekstrim dengan tahun-tahun normal.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk mengantisipasi penyimpangan iklim, langkah-langkah umum yang dapat dilakukan diantaranya: (1) melakukan pemetaan daerah-daerah yang sensitif terhadap penyimpangan iklim terutama akibat fenomena ENSO, (2) meningkatkan kemampuan peramalan sehingga langkah-langkah antisipasi dapat dilakukan lebih awal, khususnya pada daerah-daerah yang rawan, dan (3) menerapkan teknologi budidaya (dalam bidang pertanian) yang dapat menekan risiko terkena dampak kejadian puso.
            Berbagai upaya untuk mengantisipasi dampak penyimpangan iklim terhadap bencana banjir dan kekeringan pada sektor pertanian telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Secara umum upaya antisipasi dikelompokkan menjadi antisipasi secara teknis dan antisipasi sosial-kelembagaan. Antisipasi secara teknis antara lain :
Æ  Pembuatan waduk untuk menampung air hujan,
Æ  Pembuatan embung mulai dari hulu hingga hilir. Embung ini dapat dimanfaatkan untuk :
Æ   mengurangi dan atau meniadakan aliran permukaan (run off)
Æ   meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga meningkatkan cadangan air tanah, kandungan air tanah disekitar embung tetap tinggi dan untuk daerah dekat pantai dapat digunakan untuk menekan intrusi air laut.
Æ  mencegah erosi
Æ   menampung sedimen dan sedimen tersebut mudah diangkut karena ukuran embung yang relatif kecil.
Æ  sebagian air embung dapat digunakan sebagai cadangan pada musim kemarau.
Æ  Memanfaatkan informasi dan prakiraan iklim untuk memberikan peringatan dini dan rekomendasi pada masyarakat.

3)    EDAPSHIS EKOSISTEM HUTAN DATARAN RENDAH

Edaphis atau tanah merupakan suatu sistem terpadu unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu mineral anorganik, mineral organik, dan organisme tanah, udara tanah dan tanah air. Unsur iklim mikro tanah yang memegang peranan dalam menentukan produksi tanaman seperti tanah, sinar matahari, suhu udara, curah hujan dan tinggi tempat. Udara tanah memiliki komposisi yang sama dengan udara diatas permukaan tanah. Tekstur tanah berperan dalam menentukan daya ikat air dan percepatan infiltrasinya. Sementara aerasi tanah, pergerakan air tanah, dan penetrasi akar tanaman ditentukan oleh tekstur tanah (Umboh,2002).
Setiap tanah biasanya memiliki tiga atau empat lapisan yang berbeda. Lapisan umumnya dibedakan pada keadaan fisik yang terlihat dan warna serta tekstur adalah yang utama, hal ini membawa klasifikasi lebih lanjut dalam hal tekstur tanah yang dipengaruhi ukuran partikel, seperti apakah partikel tanah itu lebih berpasir atau liat dari pada lapisan diatas dan dibawahnya (Elfis,2010).
Tanah (edaphis) memberi peranan dan sebagi substrat atau habitat berhubungan erat dengan jenis (struktur dan tekstur tanah), sifat fisik, kimia dan biotik tanah, kandungan air tanah, nutrien dan bahan-bahan organik, serta bahan anorganik sebagai hasil proses dekomposisi biota tanah. Dikenal berbagai sifat adaptasi dan toleransi tumbuhan berkaitan dengan struktur dan sifat kimia tanah, yaitu tipe vegetasi kalsifita, oksilofita, psammofita, halofita, konfigurasi permukaan bumi sangat mempengaruhi ketinggian, kemiringan, dan deodinamika lahan sebagai habitat, yang akan berpengaruh terhadap iklim (cahaya/matahari, suhu, curah hujan, dan kelembapan udara); yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan erat dengan masyarakat tumbuhan dalam kaitannya dengan kehadiran, distribusi, jenis-jenis tumbuhan, dan berbagai proses biologi tumbuhan (Elfis,2010).

1.      Bahan Organik
Bahan organik merupakan bagian penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik
Kandungan bahan organik tanah menentukan kepekaan tanah terhadap erosi karena bahan organik mempengaruhi kemantapan struktur tanah. Tanah-tanah yang cukup mengandung bahan organik umumnya menyebabkan struktur tanah menjadi mantap sehingga tahan terhadap erosi. Kandungan bahan organik yang kurang dari 2% umumnya peka terhadap erosi (Hardjowigeno, 2003).
Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia, diantaranya menyangkut peningkatan kapasitas tukar kation atau cation exchange capacity (CEC), dan pelepasan unsur N, P, S dan unsur-unsur hara mikro dalam proses mineralisasinya. Disamping itu, bahan organik dapat mengimmobilisasi bahan-bahan kimia buatan yang diberikan ke tanah sehingga tidak memberi dampak merugikan terhadap pertumbuhan tanaman, mengkomplek logam-logam berat sehingga mengurangi tingkat pencemaran terhadap tanah dan air tanah, serta meningkatkan kapasitas sangga (buffer capacity) tanah.
 Bahan organik tanah merupakan indikator kunci kualitas tanah, baik untuk fungsi pertanian (produksi dan ekonomi) maupun fungsi lingkungan. Kandungan bahan organik tanah merupakan penentu aktivitas biologi tanah. Jumlah, keragaman dan aktivitas fauna dan mikrobia tanah secara langsung berhubungan dengan bahan organik. Agregasi dan kestabilan struktur tanah meningkat dengan meningkatnya kandungan bahan organik tanah (Nurmi, 2005).
2.      tanah.
Dalam memainkan peranannya bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh kelancaran dekomposisinya, serta hasil dekomposisi itu sendiri (Hakim, dkk, 1986). Komposisi tanah umumnya terdiri dari bahan mineral anorganik (70%-90%), bahan organik (1%-15%), udara dan air (0-9%). Hal-hal di atas menunjukkan betapa pentingnya faktor tanah bagi pertumbuhan tanaman. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah. 
Tahap akhir hasil dekomposisi bahan organik adalah :
(1) senyawa resisten berupa humus,
(2) senyawa sederhana berupa CO2
(3) air,
(4) unsur hara tersedia seperti nitrat, dan lain-lain. Hasil akhir berupa gas CO2 jika terakumulasi dapat bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang meskipun asam lemah, namun jika terakumulasi akan terurai menjadi HCO3- + H+ yang memasamkan tanah (Hanafiah, 2005).
Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Marpaung, 2009).
3.      Tekstur Tanah
Tanah-tanah yang bertekstur pasir,  butir-butirnya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah- tanah bertekstur liat, lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2003).
Oleh karena itu, fungsi utama fraksi pasir adalah sebagai penyokong tanah yang disekelilingnya terdapat partikel-partikel debu dan liat yang lebih aktif. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus memiliki luas permukaan yang lebih besar. Butir-butir liat memperlihatkan luas permukaan yang besar. Di dalam tanah, molekul-molekul air mengelilingi partikel-partikel liat membentuk selaput tipis (film) sehingga jumlah liat akan menentukan kapasitas memegang air dalam tanah (Sarief, 1988). Tekstur tanah sebagai faktor abiotik merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi mineral, retensi bahan organik, biomassa mikroba dan sifat tanah lainnya (Scott and Robert, 2006).
4.      pH (Potensial Hidrogen)
            Menurut Hardjowigeno (2003) pentingnya pH tanah untuk diketahui adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al, sedang pada tanah alkalis unsur P juga tidak dapat diserap tanaman karena difiksasi oleh Ca.
Nilai pH tanah tidak sekedar menunjukkan suatu tanah asam atau alkali, tetapi juga memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain, seperti ketersediaan fosfor, status kation-kation basa, status kation atau unsur racun, dsb. pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total masam yang ada ditanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu, seperti tanah liat berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir. Tanah yang mampu menahan kemasaman tersebut dikenal sebagai tanah yang berpenyangga baik (well buffer soil) (Mukhlis, 2007).
Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pada reaksi tanah yang netral, yaitu pH 6,5-7,5, maka unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup banyak (optimal). Pada pH tanah kurang dari 6,0 maka ketersediaan unsur-unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium dan molibdenum menurun dengan cepat. Sedangkan pH tanah lebih besar dari 8,0 akan menyebabkan unsur-unsur nitrogen, besi, mangan, borium, tembaga dan seng ketersediannya relatif jadi sedikit (Sarief, 1986).
5.      Nitrogen Total Tanah
Nitrogen yang didapat dari tanah diusahakan dari bahan-bahan seperti sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk buatan, dan garam amonium dan nitrat yang diendapkan. Lagipula ada fiksasi nitrogen atmosfir yang diusahakan oleh mikroorganisme tanah tertentu. Hilangnya dari tanah disebabkan oleh tanaman yang dipanen dan diangkut, drainase, erosi, dan hilang sebagai gas dalam bentuk unsur dan amoniak (Buckman and Brady, 1982).
Sejumlah besar nitrogen dalam tanah berada dalam bentuk organik. Dengan demikian dekomposisi nitrogen merupkan sumber utama nitrogen tanah, disamping juga dapat berasal dari air hujan dan irigasi. Dekomposisi merupakan proses kimia yang menghasilkan N dalam bentuk ammonium dan dioksidasi lagi menjadi nitrat.
Proses dekomposisi ini dilkukan oleh jasad renik yang peka lingkungan. Jika bahan organik yang secara relatif mengandung lebih banyak C dari N ditambahkan ke tanah maka proses tersebut akan terbalik. Karena ada sumber energi yang banyak, jasad renik akan menggunakan N yang ada untuk pertumbuhan. Dengan demikian, N diikat pada tubuh jasad renikdan N akan kurng tersedia di tanah (Hakim, dkk, 1986).







Daftar pustaka